Di sini tak seperti Haghia Sophia.
Setiap rintik hujan adalah perjuangan.
Setiap sinar fajar hingga malam kelam adalah pengorbanan.
Sekadar butuh ketabahan.Takkala daun-daun berjatuhan mengotori beranda kalbumu, dan takkala kerikil terlempar menghantam jalan sesak dikepalamu.
Ingatlah, disini sardivan telah menjelma talang dari sisa-sisa air hujan.
Di sini tak seperti Konya.
Kota indah sang sufi Jalaluddin Rumi.
Dengung keresahan terlalu berisik untuk didengarkan.
Tak ada Whirling Deviches yang begitu mententramkan.
Bait-bait mazmur terlalu sulit untuk dihayati,sebab bait-bait alfiyah Andalusia hanya kau anggap sebagai wasilah dalam berwisuda fana.
Di sini tak seperti Konya.
Deru nafas perempuan senantiasa rebah dibahu ketika gigil shubuh.
Di sini, engkau harus mampu berdamai dengan segala yang datang dan pergi.
Guyub rukun dengan setiap perputaran harapan dan kenyataan.
Meski saling silang selimpat dalam mengumpamakan kesungguhan pengabdian dengan kidung sunyi para darwis kala senja hamper temaram.
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI