Mohon tunggu...
Zarmoni
Zarmoni Mohon Tunggu... Wiraswasta - Penggiat Seni dan Budaya Kerinci

Penggiat Seni, Adat dan Budaya Kerinci

Selanjutnya

Tutup

Puisi

Catatan Akhir Tahun 2006

22 Desember 2022   22:55 Diperbarui: 22 Desember 2022   23:00 75
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Denting irama malam itu, dibawah langit nan bertabur mutiara, sang rembulan bersembunyi dibalik awan hitam. Aku termangu, bertopangkan tangan nan tak mulus lagi, tangan yang kini kasar dan bersisik, memperkosa bumi saban hari, diladang dan sawah yang kurengkuh. Tatapan kini telah minus hanya teringat suatu kisah usang yang pernah kugores.

Malam….

Sunyi mencekam menusuk tulang, aku terbujur kaku bagaikan spink ditengah sahara. Nyanyian natal masih terdengar dari gereja bersama lonceng-lonceng nan gemerincing, lilin-lilin mungil menari-nari ditiup angin, dan lonceng masih terus berdenting memecah kesunyian. Malam natal berlalu bersama tertutupnya tirai desember. Catatan hati telah kubukukan dengan rapi. Aku masih termangu… seakan langkah terhenti menyongsong awal tahun januari.

 

Dari jauh… kembang api bertebaran, bianglala pelangi melukisi malam, oh… Idul Adha didepan mata dengan tatapannya yang tajam. Kisah usang kembali menjelma, betapa ketulusan Ismail… menyerahkan segenap Ruh dan Raga buat yang tercinta Semesta Raya … inilah pengorbanan dari sang pencinta sejati yang terlukis dengan tinta emas ketauhidan seorang anbiya menyerahkan jiwa raga demi pinta sang Pencipta. Dan betapa ketabahan serta kesabaran Ibrahim as melaksanakan perintah dari yang memberi hidup dan meraih mati.

 

Aku masih terpaku… menatap langit kelam tanpa cahaya… malam ini… di altar sepiku yang bau kutu busuk… tanpa wangi… tanpa warna… yang ada hanya maya… mernuntut jiwa korbankan yang kupunya… aku lelah… tahun ini menjelma kepingan hati yang berserakan di persada jiwa. Nyamuk-nyamuk berdengung mengusik gendang telinga, ketombe asyik menari bersama kutu-kutu nakal dikepala, dan kecoa liar mengambil jatah dibagian sisa makan malamku. Terkutuk malam ini… malam yang akan memahat kisah sepanjang zaman kulalui. Aku telah mati…

 

Aku masih beku… menatap bayangan wajah-wajah yang kukasihi… sebatang rokok Dji Sam Soe menari-nari bersama asap nikotin di mulutku yang bau jengkol, mata masih melarut dalam khayalan semu, semua menuntut aku berkorban. 

 

Dini hari… kutulis sya’ir, penuh dengan tanya tanpa jawaban. Dan aku terus melarutkan khayalan tentang… mengapa Adam rela berkorban demi Eva (siti Hawa) saat menjalani masa indah di syurga..? mengapa Joseph (Yusuf as) mau masuk bui kerajaan Mesir ketimbang berzinah dengan Zulaikha yang cantiknya meliputi untaian zamrud mutu manikam…? Atau…seorang Chairil Anwar Pujangga kenamaan angkatan 45, terpaksa memahat Puisi dengan judul Suatu Senja di Tepi Pantai saat cintanya ditolak oleh seorang gadis mahasiswi Kesusasteraan..? semangatnya yang ingin hidup seribu tahun lagi lebur bersama kegagalan cintanya. Atau… mengapa Amir Hamzah selalu meratapi kisah-kasihnya yang penuh dengan kekecewaan..? 

 

Sahabat…!

Bagiku… Perayaan Natal… Tahun Baru Masehi… adalah hal yang teramat kubenci. Karena pas perayaan Natal di bulan desember mencabik hatiku yang masih merindui, sementara awal januari menggores kisah tentang kegagalanku merajut ikatan abadi. Muak… benci aku…!

 

Sahabat…!

Aku bukanlah Abraham yang rela bekorban…. 

Aku bukanlah Joseph…..

Aku bukanlah Chairil Anwar….

Dan Aku juga bukan Amir Hamzah…

Tapi aku tetap aku yang dahulu…….

Tanpa nama…tanpa warna…tanpa wangi…

Akulah Zarmonie

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun