"Mlahen Umah" atau bahasa Siulak umumnya "Palahen Umah" ialah suatu ritual untuk menyatukan penghuni rumah dengan rumah dan sekalian penghuni gaib yang mendiami tanah tempat rumah tersebut. Penghuni tanah biasa disebut dengan "Uhang Tanah".Â
Sebelum membangun rumah, banyak hal ritual yang harus dilakukan, seperti imulai dari Palaho mintak ajun arah, Palaho mintak tanah, Palaho mindah ka uhang tanah, mendinginkan rumah, dan lain sebagainya baca Tradisi Membangun Rumah di Kerinci.
Mlahen umah/plahen umah ini dilakukan ketika rumah sudah siap dan sudah dihuni. Untuk ritual mlahen umah ini di Kerinci sudah jarang kita jumpai, hanya sebagian kecil masyarakat yang masih melestarikan kearifan lokal tersebut. Dimana menurut keyakinan penduduk, ritaul yang diwarisi secara turun temurun ini harus dijaga dan dilestarikan agar penduduk terjauhkan dari bala.
Berdasarkan hasil penelitian penulis yang dilaksanakan pada awal bulan november 2022 di Desa Air Terjun Kecamatan Siulak Kabupaten Kerinci Provinsi Jambi, acara Mlahen Umah ini dilaksanakan oleh Balian Salih perempuan.Â
Acara ini dilaksanakan selama Tiga Tahun, dan setiap acara dilaksanakan selama tiga malam, dan setiap malamnya senantiasa diramaikan oleh masyarakat/penduduk setempat, dan setiap malam diadakan "N'ba Tiang" dengan menggunakan Lidi Kelapa Tujuh helai, dan Sga Jantan Tujuh Helai yang disatukan, lalu dipukulkan kepada setiap tiang rumah dengan tujuan untuk mengusir roh-roh jahat yang mengganggu.Â
Pada malam pertama dilaksanakan Plaho Minto (ritual adat meminta/memohon) yang dilaksanakan diluar rumah dengan menggunakan "ancak" yaitu, sebuah impi yang dibuat dari bambu telang kuning dan dianyam seperti pagar, kemudian diatasnya ditaruh daun pisang kamali, dan alat-alat lainnya seperti nasi abang, nasi hitam, nasi kuning dan nasi putih beserta alat-alat pendukung lainnya. Kemudian setelah upacara adat dilaksanakan, maka ditanamlah "tiang Tanem" di tiang luar rumah.
Pada malam kedua dilaksanakan upacara ditempat alat-alat ritual diadakan didalam rumah, dimana alat-alat tersebut terdiri dari "Laho" yaitu kumpulan tumbuhan dan buah-buahan dari dalam hutan seperti, Kelapa Tua, Pinang Tandan, Manyang isi Daun Nira muda, Daun kelapa yang dirajut seperti ketupat.Â
Kemudian dibikin boneka sepasang laki-laki dan perempuan dari bambu telang kuning yang dipakaikan pakaian adat, memakai kuluk bagi boneka wanita dengan bunga raut dikepalanya, kemudian boneka laki-laki memakai lita dikepalanya dan dihiasi bunga sbih dan bunga pandan, serta memakai keris dipinggangnya dan tongkat ditangannya. Pada malam kedua ini Balian Salih terus mengasuh seraya membaca mantera.