Sangkak menurut adat kebudayaan tradisi Kerinci ialah sebuah bambu telang kuning yang di anyam ujungnya menyerupai sangkar ayam dan diisi dengan bunga setangkai. Sangkak merupakan tempat bersemayamnya arwah ninik moyang/leluhur, yaitu pemisahan antara yang wujud dan yang gaib. Sangkak ada beberapa tingkatan, yaitu :
1) Sangkak Tunggan (satu), yaitu sangkak orang sakti yang turun kepada seseorang dan mengajarkannya ilmu agama, sehingga setelah dilantik yang bersangkutan berubah total dalam kehidupannya terutama dibidang ibadah ia kan senantiasa taat kepada Allah SWT.
2) Sangkak Tiga merupakan penunjukkan bahwa pelaku baru memulai menjadi Balian Salih, ia baru akan diajari berbagai ilmu pengobatan oleh arwah leluhurnya;
3) Sangkak Lima yaitu menunjukkan bahwa sang Balian Salih sudah berkecimpung mengurus Adat Budayanya telah lebih dari 10 sampai dengan 15 Tahun;
4) Sangkak Tujuh ialah Tingkatan tertinggi didalam perjalanan Balian Salih, hal ihwal pengobatan, dan ilmu leluhur sudah dikuasainya “panyuntuk sagalo ilmu, panyudah sagalohulubalang dilingkut kain tudung guru”.
2. Alat-alat sesajen:
- Alat-alat sesajen yang dibutuhkan baik berupa makanan seperti nasi, gulai, ayam, buah-buahan maupun lemang dan juadah. Semuanya disiapkan sebelum penobatan gelar balian salih diberikan.
3. Alat-alat Penobatan;
- Seperti Beras Jikat, sirih pinang, bunga-bungaan, kesemuanya akan diberitahukan oleh Dukun Kampung yang akan menobatkan gelar balian Salih.
4. Alat-Alat Untuk Pemakai
- Seperti Kain “Tudung” yaitu kain panjang untuk gendongan bayi, Keris, mangkuk, kain putih, bakul, dan Al-qur’an.
Untuk biaya kesemuanya itu akan ditanggung oleh keluarga dalam satu rumpun/sukunya. Jika yang akan dinobatkan sebagai Balian Salih itu laki-laki, maka yang mengeluarkan biaya ritual adatnya adalah anak perempuan dari sukunya, sedangkan jika pelakunya adalah anak perempuan maka yang akan membiayai adalah anak laki-laki dari sukunya. Biaya ini disebut dengan “Pa Gdang-Pa kcik” yaitu iuran bersama.
Balian Salih ini biasanya sejalan dengan orang yang memakai “sko” setiap orang yang memakai Sko pasti ada salih sebagai penopangnya. Diantara nama-nama salih yang Kerinci ialah :
- Salih Hitam Muretap Bumi;
- Salih Kunin Silayang Mirat;
- Salih Kunin Lipat Kain;
- Salih Bujang Tandang Mawai;
- Salih Bujang Burambut Panjang;
- Salih Kunin Nyato Butirai;
- Salih Kunin Ilang di laman;
- Salih Gadih;
- Salih Kunin Manito Alam;
- Dan masih banyak lagi yang lainnya.
Ketika adanya kenduri Adat di Kerinci maka para Balian Salih akan memayungi Sko tempatnya bernaung, dan mengiringnya saat berjalan mengitari kampung.
Dalam hal memelihara Sko, ada tiga kali membutuhkan jamuan atau acara ritual yang didaerah Kerinci di sebutkan “Magih Sabat Sko Makan” yang artinya “Memberi sahabat Sko Makan”. Karena menurut kepercayaan orang Kerinci, setiap Sko itu mempunyai sahabat seperti :
- Imau Kumbang (Macan kumbang);
- Imau Kunyit (Macan kuning);
- Ula Gdang (Ular besar);
- Imau Putih (Macan putih);
- Burung Garugo (Burung besar);
- Dan lain sebagainya
Untuk pemberian makan sahabat sko ini, diadakan :
- Tahap pertama bertempat dirumah Anak Batino;
- Tahap Kedua masih di tempat Anak Batino;
- Tahap ketiga dirumah pribadi pemakai Sko.
Dalam ritual pemberian sahabat sko makan maka akan diadakan acara penyerahan sesajen kepada arwah sahabat sko yang berlokasi dipinggiran sungai, dengan menegakkan sangkak satu.