Mohon tunggu...
Zarkasyi Fahmi
Zarkasyi Fahmi Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa S1 Hubungan Internasional, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Universitas Muhammadiyah Yogyakarta

Saya adalah orang yang berpikiran bebas dan senang berimajinasi. Menyukai hal baru adalah kegemaran saya, karena itu menjadi cara saya untuk terus berproses dan mencari pengalaman-pengalaman menarik. Kesalahan dan kegagalan bagi saya merupakan pengembangan diri

Selanjutnya

Tutup

Book

Mengulas Taktik dan Teknik Gerilya Ala Jenderal Nasution

31 Januari 2025   22:38 Diperbarui: 31 Januari 2025   22:50 24
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Book. Sumber ilustrasi: Freepik

Menyadur dari buku "Pokok-Pokok Gerilya dan Pertahanan Republik Indonesia di Masa yang akan Datang" Karya Jenderal Besar Abdul Haris Nasution, yang telah diterjemahkan dalam berbagai bahasa asing dengan judul "Fundamental of Guerrilla Warfare".

Perang gerilya sudah menjadi taktik yang lazim digunakan dalam perang konvensional, di mana musuh yang lebih lemah umumnya akan menggunakan strategi ini untuk melumpuhkan musuh yang lebih kuat, strategi gerilya sangat dinamis sebab output dari perang gerilya adalah bagaimana menghancurkan, melumpuhkan, dan menyerang musuh dengan meminimalisir kerugian dan menggunakan sumber daya seminimal mungkin. Strategi gerilya diketahui telah diterapkan oleh Sun Tzu, seorang jenderal dan ahli militer dari dinasti Zhou, China, sejak 2 abad yang lalu. Ide dasarnya menggunakan taktik "pukul dan cabut." Strategi ini terbilang cerdas yaitu melakukan serangan sekonyong-konyong dengan cepat, lalu mundur sebelum musuh melakukan serangan balik.

Kata "Gerilya" sendiri merupakan serapan bahasa Spanyol dari kata "guerilla" yang diartikan sebagai perang kecil, karena memang pada dasarnya perang gerilya adalah peperangan antara si kecil melawan si besar, tekniknya dengan cara memancing musuh dengan satuan yang lebih terorganisir agar terpecah menjadi satuan-satuan kecil, lalu menjebak ketika musuh sudah terpisah dari pasukan induk. Taktik ini bertujuan untuk mengguncang sisi psikologis tentara musuh, ketika musuh sudah dalam kondisi terjepit moril pasukan sudah tidak lagi dalam kondisi siaga sehingga dengan mudah dapat dilibas oleh gerilyawan. Maka, menurut Jenderal AH. Nasution ilmu perang bukan lagi mengenai strategi dan logistik, tetapi mencakup juga politik, psikologis, dan sisi ekonomis.

Perlu diketahui, bahwa dalam peperangan taktik gerilya bukan menjadi faktor utama penentu kemenangan terakhir, sebab taktik gerilya merupakan taktik defensif yang membela diri sementara dari serbuan musuh. Dalam pertempuran, kemenangan akhir hanya dapat diupayakan dengan cara ofensif, adapun perang gerilya hanyalah cara untuk memeras tenaga musuh sampai tentara kita mampu untuk terorganisir secara sistematis, sebab hanya pasukan yang teratur yang dapat melakukan ofensif, karena ofensiflah musuh dapat ditaklukan. Dalam gerakan-gerakan gerilya tindakan gerilyawan harus berada di belakang front musuh yaitu melakukan pengintaian terhadap rute perhubungan strategis dan rantai pasokan logistik milik lawan. Dengan demikian embrio dari gerakan gerilya adalah pertempuran semesta, di mana rakyat turut andil berkontribusi dalam peperangan, akan tetapi bukan berarti bahwa rakyat juga ikut bertempur, keterlibatan rakyat berfungsi sebagai informan bagi pasukan, pemasok logistik, dan instrumen penyamaran bagi gerilyawan, hal senada juga diungkapkan oleh Lawrence bahwa dalam perang gerilya 2% adalah pasukan yang bertempur di medan perang, kemudian 98% merupakan rakyat yang bersimpati. Demi meraih kemerdekaan dan upaya mempertahankan kemerdekaan yang ingin kembali direbut, sebetulnya Indonesia sudah kenyang dengan pengalaman tersebut, dalam sejarahnya selain melalui konfrontasi bersenjata, diplomasi juga digunakan sebagai alat meraih kemerdekaan.

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

Mohon tunggu...

Lihat Konten Book Selengkapnya
Lihat Book Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun