Dalam kajian ilmu mantiq (filsafat), manusia juga dipahami sebagai binatang, cuma manusia dinamakan dengan hayawanun natiq, yaitu hewan yang memiliki kemampuan berbicara. Sekilas memang kita adalah binatang, bahkan jika moral kita hancur-hancuran maka predikat kita pun akan jauh lebih buruk dari binatang. Oleh karena itu, hayawanun natiq tentu perlu juga belajar dari hewan yang tidak memiliki kemampuan berbicara. Lalu, apa saja pelajaran yang dapat diambil dari binatang?
Dalam hutan kita menjumpai bahwa binatang itu akan berkumpul berkelompok, mereka tidak pernah jalan sendiri-sendiri. Ini tentunya mengajarkan kepada kita tentang persatuan dalam hidup, jangan terjadi perpecahan sebab persatuannah yang membuat kita kuat. Lebah, Menurut penelitian yang dilakukan oleh Syekh Baqir bin Muhammad Daman ada tiga pelajaran penting yang dapat diambil dari kehidupan lebah, pertama lebah merupakan binatang yang memakan sari bunga, memakan sesuatu yang manis. Ini mengajarkan kepada kita hendaknya kita memakan makanan/mendapatkan sesuatu dari yang halal dengan jalur yang diridhai oleh Agama dan norma-norma yang berlaku.
Kedua, lebah tidak pernah mengganggu manusia, kecuali manusia telah mengusik kehidupannya, ini memberikan pelajaranbagi kita bahwa dalam hidup jangan sukan mencari musuh, tetapi ketika musuh ada jangan pula lari. Ketiga, setiap batang kayu yang dihinggapi lebah, batang kayu tersebut tidak pernah mati dan lapuk. Ini mengajarkan agar kita menjadi manusia yang bermamfaat, kehadiran kita pada suatu tempat atau masa membawa berkah bagi orang lain.
Selanjutnya Gajah, Gajah adalah binatang dengan postur tubuh yang besar, tetapi memiliki mata yang kecil, sehingga gajah tidak menyadari bahwa dia adalah binatang dengan tubuh besar. Kita ambil pelajaran bahwa dalam hidup janganlah menjadi orang yang sombong, baik sombong dengan kekuasaan atau sombong dengan kapasitas pengetahuan dan kemampuan sosial. Meski benar memang kita berkuasa tapi jangan sesumbar dengan kekuasaan, kendati benar kita orang pintar tapi jangan merasa diri pintar. Gajah akan melindungi gajah yang lain meskipun gajah itu bukan kerabatnya, ini tentu berbeda sekali dengan prinsip manusia zaman sekarang, kita sekarang telah dibutakan oleh chauvinisme, sehingga ada diantara kita menganggap lain jika bukan satu suku/kelompok dengan kita. Ini tentu akan melemahkan sifat kebersamaan dan kepedulian, sehingga tak heran jika ada yang ditimpa musibah, malah musibah itu ditertawakan oleh sebahagian yang lain.
Harimau, adalah Raja hutan, binatang paling buas yang selalu memangsa binatang yang lain. Namun belum pernah tercatat dalam sejarah bahwa harimau memakan harimau. Tetapi manusia pernah dicatat dalam sejarah manusia “memangsa” manusia. Kita tentu kenal dengan keledai, apa pelajaran yang dapat diambil dari binatang ini? Keledai tidak akan pernah jatuh dua kali dalam lubang yang sama, Lesson learn buat kita adalah bahwa jangan melakukan kesalahan yang sama, belajarlah dari kesalahan sehingga kesalahan itu tidak terulang kembali. Tetapi andai kita tetap melakukan kesalahan yang sama, serta ogah memperbaiki kesalahan, tentu rating kita tidak lebih baik dari keledai.
Bagi kita yang berdomisili di dekat pantai, terutama pantai dengan didominasi oleh tanaman mangrove (bakau), tentu akan menjadi pemandangan biasa dengan ketepatan waktu berangkat dan pulang para bangau. Ketika matahari terbit bangau terbang mencari makan, ada yang terbang ke gunung, persawahan dan tempat-tempat lainnya. Saat matahari hampir terbenam, para bangau yang bertebaran pulang kembali ke sarangnya, ini dilakukan saban hari. Ini mengajarkan kita akan kedisiplinan waktu. Orang Arab mengibaratkan bahwa waktu adalah pedang, pedang yang akan menebas mereka yang coba-coba bermain dengan waktu. Jangan lalai, mamfaatkan waktu dengan sebaik mungkin. Sir Muhammad Iqbal mengatakan bahwa salah satu ciri manusia modern adalah efisien memamfaatkan waktu.
Demikian, sekilah tentang pelajaran yang dapat diambil dari kehidupan binatang. Tidak hanya binatang, semua makhluk hidup ciptaan Allah bermamfaat bagi kita semua, jika kita mau merenung dan mengambil iktibar. Rabbana Ma Khalaqta haza baathila…..
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H