Analisis dan Argumentasi Dinamika Kepribadian dalam Kasus Artis Hallyu yang Bunuh Diri
Kasus bunuh diri di kalangan artis Hallyu (gelombang budaya Korea) merupakan isu yang memprihatinkan dan sering kali menjadi sorotan media. Fenomena ini mencerminkan dinamika kepribadian yang kompleks dan dipengaruhi oleh berbagai faktor, seperti tekanan sosial, ekspektasi publik, dan tuntutan industri hiburan yang berat. Dalam artikel ini, kita akan menganalisis kasus bunuh diri artis Hallyu melalui perspektif kepribadian dengan menggunakan pendekatan Psikoanalisis dari Sigmund Freud.
Pendekatan Freudian ini akan membantu kita memahami konflik internal yang mungkin dialami oleh para artis, termasuk pertentangan antara id, ego, dan superego. Selain itu, kita akan melihat bagaimana pengalaman masa lalu dan tekanan bawah sadar dapat memengaruhi kondisi mental mereka. Melalui analisis ini, kita dapat menggali lebih dalam alasan di balik tindakan tragis ini dan mencari solusi yang lebih efektif untuk mendukung kesehatan mental para artis.
Pendekatan Psikoanalisis Sigmund Freud
Sigmund Freud, seorang ilmuwan psikolog terkemuka, dikenal karena kontribusinya yang revolusioner dalam bidang psikologi, khususnya dalam pemahaman tentang kepribadian manusia melalui analisis tentang mimpi dan studinya yang luas tentang berbagai literatur ilmu pengetahuan dan humaniora. Pengalaman-pengalamannya yang mendalam menjadi dasar bagi evolusi teori kepribadian Freud, yang kemudian menjadi landasan dari psikoanalisis. Bagi Freud, teori ini terus berkembang melalui observasi dan revisi kontinu, bahkan hingga 50 tahun terakhir hidupnya.
Freud menggagas konsep-konsep yang mengubah cara kita melihat kepribadian manusia. Melalui analisis tentang mimpi, ia menyimpulkan bahwa pikiran bawah sadar memiliki peran besar dalam membentuk perilaku manusia. Pemikirannya yang inovatif ini membuka jalan bagi pengembangan teori kepribadian yang lebih mendalam dan kompleks.
Â
Selain itu, karya-karya Freud yang luas dalam mempelajari berbagai literatur ilmu pengetahuan dan humaniora memberinya wawasan yang mendalam tentang kondisi manusia. Hal ini memungkinkannya untuk mengaitkan temuan-temuan psikologisnya dengan konteks yang lebih luas dalam pemahaman manusia dan kehidupan.
Teori kepribadian Freud terus mengalami evolusi sepanjang hidupnya. Meskipun terkenal dengan konsep-konsep seperti id, ego, dan superego, Freud tidak pernah puas dengan temuannya dan terus mendorong untuk melakukan observasi yang lebih mendalam tentang perilaku manusia. Pendekatan psikoanalisisnya yang terus-menerus direvisi mencerminkan dedikasinya yang tak pernah surut terhadap penelitian dan pemahaman tentang psikologi manusia.
Teori psikoanalisis Freud yang menekankan pentingnya tiga komponen utama dalam struktur kepribadian: id, ego, dan superego. Id merupakan bagian dari kepribadian yang berfungsi berdasarkan prinsip kesenangan dan dorongan instingtual. Ego berperan sebagai mediator yang beroperasi berdasarkan prinsip realitas, sementara superego mewakili nilai-nilai moral dan norma sosial yang diinternalisasi.
Dinamika Kepribadian dalam Kasus Bunuh Diri Artis Hallyu
Artis Hallyu seringkali berada di bawah tekanan yang luar biasa, baik dari harapan masyarakat maupun industri hiburan itu sendiri. Tekanan ini dapat mempengaruhi keseimbangan antara id, ego, dan superego, yang berkontribusi pada terjadinya konflik internal dan stres psikologis yang berat.
1. Tekanan Eksternal dan Superego Artis Hallyu dihadapkan pada standar yang sangat tinggi dari segi penampilan, perilaku, dan prestasi. Superego mereka sering kali dipengaruhi oleh norma-norma sosial yang ketat dan harapan publik yang tak realistis. Ketika mereka merasa tidak mampu memenuhi standar ini, rasa bersalah dan rendah diri bisa muncul, yang pada gilirannya meningkatkan kecemasan dan stres.
2. Konflik Id dan Superego Keinginan id untuk mendapatkan kebahagiaan dan kepuasan instingtual sering kali terhambat oleh tuntutan superego yang kaku. Misalnya, keinginan untuk beristirahat atau menikmati waktu luang mungkin terhalang oleh jadwal kerja yang padat dan harapan untuk selalu tampil sempurna. Konflik ini menciptakan ketegangan emosional yang konstan.
3. Peran Ego dan Mekanisme Pertahanan Ego berusaha untuk menengahi konflik antara id dan superego serta menyesuaikannya dengan realitas eksternal. Namun, dalam kondisi tekanan yang ekstrem, ego mungkin mengalami kesulitan dalam mengelola keseimbangan ini. Mekanisme pertahanan seperti represi, regresi, dan isolasi diri mungkin digunakan untuk mengatasi kecemasan. Akan tetapi, jika mekanisme ini gagal, risiko gangguan psikologis seperti depresi meningkat.
Studi Kasus: Artis Sulli
Sulli, seorang penyanyi dan artis peran Korea Selatan, ditemukan meninggal dunia pada tahun 2019 akibat gantung diri di lantai 2 rumahnya. Kejadian tragis ini terjadi pada Senin 14 Oktober 2019 pukul 15.21 waktu korea, ketika manajernya menemukan tubuhnya di rumah. Mantan anggota grup f(x) itu diduga mengalami depresi parah yang mendorongnya untuk mengakhiri hidupnya. Bahkan, sebelumnya, Sulli telah mengalami perawatan untuk kesehatan mentalnya saat dia vakum dari dunia hiburan pada tahun 2014. Dia mengidap serangan panik dan fobia sosial, menambah kompleksitas tantangan yang dia hadapi.
Selama hidupnya, Sulli sering kali menjadi sasaran komentar negatif dari para pengikutnya di Instagram. Unggahan-unggahannya seringkali menjadi bahan kritik dan serangan cyber, menambah beban mental yang harus dia tanggung. Meskipun berusaha keras untuk mengekspresikan dirinya dan menentang norma sosial yang ketat, Sulli terus menerima tekanan dari masyarakat dan industri hiburan yang mempengaruhi keseimbangan psikologisnya.
Kasus bunuh diri Sulli menjadi bukti nyata dari dampak fatal tekanan industri dan konflik internal pada seorang artis Hallyu. Meskipun berani dalam mengekspresikan diri, Sulli tetap terjebak dalam konflik antara keinginan untuk kebebasan dan tuntutan norma sosial yang kaku. Serangan cyber dan kritik yang terus-menerus menjadi beban tambahan yang akhirnya memuncak dalam keputusan tragis untuk mengakhiri hidupnya.
Dalam kasus Sulli, superego yang dipengaruhi oleh norma sosial yang represif bertabrakan dengan id yang mencari kebebasan dan ekspresi diri. Ego-nya berusaha mengelola konflik ini namun gagal, sehingga depresi dan kecemasan yang dialaminya menjadi tak tertahankan.
Melalui analisis psikoanalisis, kita dapat melihat bahwa kasus bunuh diri di kalangan artis Hallyu sering kali merupakan hasil dari ketegangan yang tidak terselesaikan antara id, ego, dan superego. Tekanan eksternal yang berat, standar moral yang tinggi, dan konflik internal yang intens berkontribusi pada gangguan keseimbangan kepribadian yang dapat berujung pada keputusan tragis seperti bunuh diri. Oleh karena itu, penting untuk menyediakan dukungan psikologis yang memadai bagi para artis dan menciptakan lingkungan yang lebih suportif dan tidak terlalu menekan.
Referensi :
https://www.kompas.com/tren/read/2019/10/14/200021665/sulli-eks-fx-bunuh-diri-depresi-sejak-trainee-dan-hujatan-netizen, diakses 21 Mei 2024
Ardiansyah, A., Sarinah, S., Susilawati, S., & Juanda, J. (2022). Kajian Psikoanalisis Sigmund Freud. Jurnal Kependidikan, 7(1), 25-31.
Ronningstam, E., Weinberg, I., & Maltsberger, J. T. (2020). Psychoanalytic theories of suicide. Oxford Textbook of Suicidology and Suicide Prevention., 147-p.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H