Menenun merupakan sautu kegiatan yang di lakukan oleh perempuan suku sasak dengan cara pembuatan barang-barang tenun (kain) dari persilangan dua set benang dengan cara memasuk-masukkan benang pakan secara melintang pada benang-benang kungsin (benang lusi). Seharusnya perempuan suku sasak harus tetap melastarikan kegiatan menenun karena tidak semua daerah mempunyai karifan local kain tenun khas suku sasak.
Proses selama menenun memang memakan waktu yang cukup lama namun dari proses yang lama itulah kita di ajarkan untuk menumbuhkan sifat sabar, dan teliti agar kain tenun yang di hasilkan bisa maksimal. Namun jika di lihat dari minat perempuan sasak untuk menenun, saat ini sudah berkurang bahkan jarang, karena zaman yang sudah berkembang dan hal itu pula yang menyebabkan terjadinya pergeseran budaya atau adat istiadat perempuan suku sasak. Hanya di desa-desa tertentu yang masih melestarikan kegiatan menenun dan itu pun kebanyakan orang tua yang menenun.
Untuk itu di perlukan solusi agar perempuan sasak tetap melestarikan kegiatan menenun, misalnya dengan cara memberikan pelatihan khusus atau kursus selama 1 bulan atau sampai bisa mengikuti proses dari kegiatan menenun tersebut. Sebagai generasi muda yang mencintai kearifan local suku sasak tentu harus mampu menumbuhkan minat untuk menenun baik dari diri sendiri maupun orang lain.
Seiring perkembangan zaman, lama-kelamaan kearifan local yang seharusnya menjadi kebanggaan suku sasak dan harus selalu di jaga oleh masyarakat suku sasak, justru semakin memudar, hal ini terlihat dari sedikitnya perempuan yang mengaplikasikan kegiatan menenun, kebanyakan minat perempuan untuk menenun sudah pudar karena generasi muda sekarang rata-rata sudah berpikir maju, bahwa perempuan sudah saatnya menekuni pendidikan, dan kebanyakan mereka keluar ke kota untuk meununtut ilmu, namun perempuan suku sasak harus mempunyai pikiran untuk mengkombinasikan antara kegiatan pendidikan dengan kegiatan menenun, bisa di kombinasikan , misalnya setelah memperoleh ilmu bagaimana proses menenun maka dia bisa membuka tempat kursus untuk memberikan pelatihan kepada generasi muda agar mampu menenun. Dengan pendidikan menenun maka kita sebagai perempuan suku sasak telah mampu melestarikan kearifan local yang ada di suku sasak.
Jadi perempuan suku sasak harus bangga dengan kearifan localnya sendiri, karena belum tentu daerah lain juga mempunyai kearifan lokal seperti itu, mulai dari sekarang sebagai perempuan sasak harus menumbuhkan minat untuk menenun. Â Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H