Masyarakat yang berdemokrasi memerlukan sebuah media agar mereka mendapatkan informasi yang objektif agar dapat mengambil keputusan yang rasional dan dapat di perhitungkan. Media yang bebas dan tidak memihak tentunya merupakan media yang baik dan dapat di percaya oleh masyarakat. Masyarakat menjadi nyaman dengan media tersebut dikarenakan keakuratan dan adanya kepercayaan bahwa media merupakan tempat masyarakat mengetahui apa yang sebenarnya terjadi.
Berbagai media yang ada baik hari ini ataupun pada masa lampau sudah punya jejak rekamnya masing-masing. Mereka sudah memiliki bank data yang mumpuni untuk di bagikan dan dapat dengan mudah di telusuri oleh berbagai kalangan masyarakat. tetapi, dalam kenyataannya tidak semulus itu. Berbagai berita yang ada pada Media merupakan pilihan para editor. Fakta-fakta hanya ada pada meja redaksi editor tersebut, semua yang ada dan di bagikan oleh media selalu ada kekurangan dalam berbagai sudut pandang, baik pada rekonstruksi sebuah peristiwa dan fakta sebenarnya ke dalam media tersebut.
Noah Chomsky dalam bukunya memiliki pandangan yang di mana kita di perlihatkan keraguan Chomsky terhadap media yang di umpamakan pada percakapan Bajak laut dengan armada pasukan laut pada zaman pertengahan. Saat bajak laut tersebut tertangkap dia mengajukan keberatan terhadap pasukan laut tersebut dengan mengatakan " Mengapa saya yang kecil disebut perampok, sementara Anda yang mengambil upeti dalam jumlah besar di sebut pahlawan " kisah tersebut dapat di telaah bagaimana peristiwa yang sama dapat mendapatkan makna yang berbeda. Kisah tersebut juga dapat menunjukkan pada kita bagaimana media massa dapat di jadikan sebagai alat yang ampuh dalam perebutan makna. Mereka yang berhasil membangun citra akan mendapatkan legitimasi publik yang sesuai dengan apa yang mereka ingin, atau sebaliknya.
Buku ini memiliki 12 bab yang saling berkaitan satu sama lainya, yaitu : 1) Kuasa media, 2) Awal muncul propaganda, 3) Pemirsa Demokrasi, 4) industri humas, 5) Rekayasa Opini, 6) Representasi sebagai kenyataan, 7) Budaya pemberontak, 8) Parade para musuh, 9) Diskriminasi Presepsi, 10) Perang teluk, 11) Krisis dan harapan, 12) Doktrin dan realitas. Chomsky membuat buku ini ringan untuk dibaca karna keterangan kasus yang diutarakan cukup lengkap pengambaranya dan tidak lelah dibaca karena tidak terlalu banyak halaman dari bab ke bab yang membuat pembaca mudah beristirahat saat membaca. Buku ini memiliki catatan kaki yang di mana merujuk pada informasi yang di kutip seperti berita-berita yang terdapat di Koran. Tetapi tidak ada Bibliografi atau daftar pustaka pada halaman akhir buku ini. Chomsky dalam bukunya mengatakan bahwa dia Teori Marxisme-Leninisme merupakan asumsi yang dekat dengan pemikirannya. Jadi bisa di katakan dia cukup terpengaruhi dengan ideologi tersebut.
Chomsky juga banyak mengutip pemikiran Edward Bernays di mana dia menulis tentang "Propaganda, Manipulasi Opini masyarakat". Chomsky dan Bernays memiliki kesinambungan dalam memikirkan rekayasa opini masyarakat baik sebagai alat politik ataupun lainya.
Sejarah awal Propaganda
      Dalam buku ini kita di beri gambaran awal tentang konsepsi politik kontemporer dan peranan media dalam mengaturnya, di jelaskan bahwa Demokrasi ialah kondisi di mana publik dihalangi usahanya untuk mengatur urusan mereka, dan alat-alat informasi harus senantiasa di Kontrol secara ketat. Konsepsi seperti ini di anggap umum oleh chomsky dengan merujuk pada awal revolusi demokrasi pada abad ke-17 di Inggris.
Tetapi, buku ini hanya membahas periode modern dan sedikit tentang pemikiran demokrasi berkembang seperti operasi proparganda pertama yang di lakukan oleh pemerintahan modern, yaitu pemerintahan Wodrow wilson pada pemilu presiden Amerika serikat tahun 1916 dengan tema "Perdamaian tanpa penaklukan" yang terjadi pada puncak perang dunia 1. Lalu disusul dengan membangkitkan histeria ketakutan terhadap ideologi Komunisme (Red Scare), yang berhasil menghancurkan perserikatan buruh, dan menghapus ancaman layaknya kebebasan pers dan pemikiran politik. Semua ini tercapai dengan dukungan media dan kalangan bisnis yang merancang dan mendesak pengoperasiannya. Tentunya hal tersebut mendapatkan dukungan dari pemikir di balik bayangan, mereka yang antusias dan aktif dalam fenomena "perang wilson" ini adalah kaum intelektual progresif, mereka adalah orang-orang yang ada pada lingkungan John Dewey.
Dukungan tersebut di lakukan dengan berbagai tulisan-tulisan, menggambarkan bahwa kaum mereka merupakan yang terbaik, menggelorakan histeria yang dapat membuat massa anti perang berputar menjadikan diri mereka medan perang dengan membangkitkan fanatisme kebangsaan yang berlebihan dengan berbagai alat yang bisa di lacak di buku-buku sejarah. Cerita tersebut ada untuk mengatur opini publik yang di mana sebelumnya mereka yang anti perang menjadi histeria terhadap massa perpegangan. Terlihat bahwa Propaganda pemerintah jika di dukung oleh kaum intelektual dan tak ada gesekan penyimpangan maka pengaruhnya akan sangat besar.
Propaganda menjadi sebuah gambaran awal pada buku Chomsky yang di mana pemanfaatannya sangat tergantung pada Media, terlebih dalam dunia Politik. Media di jadikan tempat bersarangnya informasi yang rencanakan untuk mengatur opini rakyat yang nantinya akan menjadi keuntungan bagi yang mengatur.
Hubungan masyarakat