Mohon tunggu...
Achmad Zaky
Achmad Zaky Mohon Tunggu... -

Anak seorang guru. Lahir dan besar di Solo. Pernah merantau mencari ilmu di sebuah institut teknologi di kota Bandung. Sekarang di Jakarta, menjalankan usaha di bidang teknologi internet. Memiliki harapan besar pada teknologi internet untuk bisa membawa kemajuan masyarakat Indonesia. Pernah menjadi duta kampus dalam Harvard National Model United Nations untuk bidang pengembangan berbasis teknologi. Senang mempelajari entrepreneurship, design, teknologi dan interaksinya dengan manusia.

Selanjutnya

Tutup

Money

Entrepreneurship Tidak Sekedar Semangat

20 November 2009   13:34 Diperbarui: 26 Juni 2015   19:15 627
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bisnis. Sumber ilustrasi: PEXELS/Nappy

Dua puluh tahun lalu, India pernah mengalami masa seperti Indonesia sekarang. Mereka terkena virus entrepreneurship. Virus-virus itu datang ke India melalui sosok Nandan Nilekani, Azim Premji, Laksmi Mittal, dll. Nilekani -CEO InfoSys- mengakui, kemajuan yang didapat India sekarang disebabkan karena adanya 'Role Model' wirausahawan-wirausahawan seperti mereka. Tentu kita patut bahagia dan optimis kalau pandangan Nilekani itu benar. Setidaknya ada kemungkinan indikasi Indonesia melaju ke arah sana menyusul India, dengan melihat keadaan Indonesia sekarang, walaupun telat 20 tahun.

Sejak beberapa tahun terakhir entrepreneurship menjadi 'Hot Topic' di Indonesia. Banyak orang bermimpi menjadi entrepreneur. Seminar-seminar di kampus juga banyak membahas tentang tema ini. Tentu ini suatu hal yang baik disaat banyaknya pengangguran di negeri kita. Pentingnya entrepreneurship juga sudah disadari banyak kalangan. Mulai dari politisi dan birokrat di pemerintahan, akademisi (yang ditandai dengan masuknya kurikulum entrepreneurship), aktivis LSM yang juga membawa tema Social Entrepreneurship, dan tak luput juga kalangan professional yang berbondong-bondong banyak mencoba menjadi entrepreneur. Lomba-lomba bertemakan entrepreneurship juga marak. Selain juga komunitas-komunitas entrepreneurship bermunculan.

Namun ada hal yang cukup meresahkan menurut saya, tidak sedikit tema dan bahasan entrepreneurship kita cenderung dangkal dan miskin substansi. Umumnya pembicaraan entrepreneurship di Indonesia masih berbicara tentang semangat entrepreneurship. Padahal entrepreneurship tidak bisa hanya dengan modal semangat. Entrepreneurship harus dilihat prosesnya. Mungkin saja ini awal dari tahapan seperti yang dialami India. Tapi apabila kita tidak segera melangkah ke tahap selanjutnya, kondisi ini tidak baik tentunya. Akan banyak terlahir wirausahawan-wirausahawan yang rapuh, dan tidak cepat menggantikan Role Model yang ada sekarang.

Apa yang bisa dilakukan adalah, tentunya mempercepat proses pemanasan ini untuk bisa ke tahap selanjutnya yang lebih matang. Pusat studi entrepreneurship juga perlu didirikan di Indonesia. Saya belum melihat ada universitas yang mengkaji secara mendalam tentang entrepreneurship. Mencari data tentang proses perkembangan UKM di Indonesia saja sulit. Saya kira itu yang perlu dilakukan pemerintah dan akademisi. Bagi entrepreneur, jangan cuma sekedar ngasih bumbu2 kalo pas seminar. Coba berikan ilmu ke khalayak ramai bagaimana anda sukses. Ceritakan kegagalan-kegagalan anda. Saya bermimpi, entrepreneur-entrepreneur di Indonesia apabila berbicara di depan khalayak ramai lebih banyak membicarakan proses mereka, daripada hasilnya. Saya juga masih melihat tidak sedikit entrepreneur sukses kita belum bisa membagi ilmu mereka. Mudah-mudahan Indonesia bisa maju ke tahap selanjutnya dan melahirkan inspirator-inspirator baru bagi generasi muda berikutnya. Dengan harapan Indonesia bisa bertahan bahkan mengejar ketertinggalan dengan negara-negara lain.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Money Selengkapnya
Lihat Money Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun