Mohon tunggu...
Zaputra Arafa
Zaputra Arafa Mohon Tunggu... Pelajar Sekolah - Pelajar

gemar menyanyi disaat sendiri

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud Pilihan

Fear Of Missing Out, Penyakit Remaja Gen Z

8 November 2023   10:17 Diperbarui: 8 November 2023   10:38 214
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Dinamika kehidupan pada zaman now ini akan selalu diwarnai dengan adanya efek atau pengaruh dari yang namanya internet. Memasuki awal pertengahan abad ke-20, pengaruh yang dibawa oleh entitas ini yakni internet semakin hari semakin merasuk ke dalam lapisan kehidupan masyarakat. 

Mulai dari balita hingga orang tua, warga desa hingga kota, masyarakat pegunungan hingga pesisir, sudah merasakan berbagai pengaruh yang dibawa oleh internet ini.

Kelompok usia remaja mendominasi peringkat teratas sebagai pengguna layanan internet terbanyak di Indonesia dibandingkan dengan kelompok usia lainnya. Terlihat dari hasil survei Asosiasi Penyelenggara Jasa Internet Indonesia atau APJII dimana tingkat penggunaan internet di kalangan remaja Indonesia kelompok usia 13-18 tahun mencapai 99,16% pada tahun 2021-2022.

Rerata remaja menggunakan internet sebagai sarana hiburan atau refreshing, salah satunya adalah media sosial, tempat dimana kita bisa mengetahui berita ter-update dan bercengkrama dengan orang lain secara daring. Hal ini tentunya sangat bermanfaat untuk perkembangan sosial remaja. 

Namun, banyak remaja yang menggunakan media sosial ini secara berlebihan, sampai rela meninggalkan kewajibannya demi menatap layar smartphone mereka. Dan kini sebuah penyakit baru telah lahir dari kebiasaan akan kecanduan bermain media sosial. Kita bisa menyebutnya dengan FOMO atau Fear Of Missing Out.

Fear Of Missing Out, kata fear berasal dari bahasa inggris yang berarti takut atau rasa takut. Seorang penulis asal Amerika Serikat, Patrick Mc Gannis mengartikan FOMO atau Fear Of Missing Out sebagai rasa takut akan ketinggalan atau kehilangan informasi yang sedang trending. 

FOMO menyebabkan seseorang merasa dikucilkan dan menganggap kehidupan orang lain di media sosial lebih menyenangkan dari hidupnya sendiri. Informasi yang dimaksud bisa berupa fashion, makanan, tempat hiburan, dan juga gaya hidup yang sedang tenar di media sosial.

Individu yang mengalami FOMO akan merasa perlu untuk mengecek smartphone-nya setiap mendengar notifikasi supaya tidak ketinggalan setiap informasi ataupun unggahan terbaru di media sosial.

Mengapa seseorang bisa menjadi FOMO? Pada dasarnya manusia selalu ingin menjadi pribadi yang 'terlihat' di mata orang, selalu ingin menjadi yang pertama tahu saat terjadi sesuatu. Apalagi dengan hadirnya internet dan media sosial, akses untuk bisa mengetahui berita yang terjadi di penjuru dunia menjadi semakin mudah. Perasaan tidak ingin ketinggalan berita pastinya akan muncul.

Sifat FOMO memiliki banyak efek buruk terutama bagi psikologis seseorang. Salah satunya, individu yang mengalami FOMO akan cenderung bersifat minder dan iri disaat ia merasa tertinggal suatu informasi atau tren yang lagi hits, sedangkan orang lain bisa untuk mengikuti tren tersebut.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun