Prabowo Subianto adalah seorang pendekar. Seorang pendekar bukan karena Ia ahli silat, tetapi tentang falsafah kependekaran yang dihayatinya di dalam hidup, di dalam dunia politik Indonesia.Â
Ketika orang memandang politik sebagai kesempatan untuk meraih jabatan dan kuasa, Prabowo melihat politik sebagai tempat pengabdian. Ia seperti tak punya "ambisi" untuk berkuasa meskipun berkali-kali kalah dalam kontestasi pilpres karena baginya pengabdian melampaui soal kalah-menang.Â
Politik tak bisa semata-mata dikerangkeng ke dalam logika kalah-menang, untung-rugi, balas dendam. Dalam wawancara eksklusif di Mata Najwa, Prabowo mengakui bahwa ia baru belajar "politik" dari Jokowi.Â
"Banyak yang mengatakan, saya ini kurang politisi, makanya saya kalah terus. Tapi kali ini, insya Allah, karena saya sudah belajar politik. Saya belajar dari Pak Jokowi yang mengalahkan saya," ujar Prabowo.Â
Sekarang Prabowo mulai sadar bahwa untuk memenangi kontestasi elektoral harus benar-benar menjadi politisi karena politik itu tak bisa dipandang secara hitam-putih; politik itu abu-abu. Tapi, Prabowo ya tetap Prabowo.Â
Apakah Prabowo menyesal dengan kekalahan demi kekalahan yang dia alami? Sama sekali tidak ada penyesalan. Kekalahan bukan sebuah batu sandungan yang membuatnya jatuh, justru menjadi pengalaman yang sangat berharga untuk selalu bangkit dan menjadi lebih baik.Â
Prabowo lebih gampang jengkel ketika ada orang yang dengan sengaja membunuh semut ketimbang menyesali kekalahannya dalam pertarungan politik.
Prabowo selalu mengamalkan falsafah seorang pendekar yang melihat kegagalan sebagai guru untuk terus menyempurnakan diri. Itu makanya Ia tidak malu belajar politik dari bekas rival dalam pilpres, Jokowi.Â
Seorang pendekar sejati tidak menjadi ahli silat untuk mengalahkan orang lain, justru kependekarannya diuji dengan seberapa jauh ia mengalahkan dirinya sendiri.Â
"Hilangkan kebencian dari hati kita, isi hati kita dengan semangat, dengan cinta Tanah Air, cinta rakyat. Saudara-saudara sekalian, isi hati kita dengan optimisme kegembiraan, keberanian menghadapi tantangan," kata Prabowo kepada para kader Gerindra.Â
Bagi Prabowo berpolitik harus dilakukan dengan penuh kegembiraan sedemikian sehingga tidak ada kebencian. Setiap lawan politik adalah putra-putra terbaik bangsa, sesama kontestan politik, karena itu tidak ada ruang bagi kebencian dan sakit hati.Â