Mohon tunggu...
Zanahara Cahaya
Zanahara Cahaya Mohon Tunggu... lainnya -

sedang belajar menulis, pengembara yang suka membaca

Selanjutnya

Tutup

Bahasa

Jawa, Sunda, dan Bugis

13 November 2013   08:00 Diperbarui: 24 Juni 2015   05:14 550
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bahasa. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Jcstudio

Selamat pagi Kompasianers...semoga hari Anda menyenangkan!

Tulisan ini bukan bermaksud mendiskreditkan suku-suku di Indonesia, saya hanya ingin berbagi info yang mungkin saja beberapa di antara Anda belum tahu ;)

Besar di tanah Jawa selama 23 tahun 10 bulan dengan tayangan televisi yang kaya akan tontonan itu, membuat saya sadar bahwa Indonesia kaya akan budaya. Yah, meskipun sejak SD sudah diajarkan sih. Salah satunya adalah dialek bahasa dari berbagai suku di Indonesia. Orang Jawa, utamanya Jawa Tengah dan Jawa Timur, terkenal dengan gaya bicara yang medhok. Semasa aktif di unit kegiatan mahasiswa, saya sering diolok karena berbahasa Indonesia dengan medhok, yang menurut saya biasa tetapi menurut kawan-kawan lain itu sesuatu yang lucu :)).

Lihat saja personil Srimulat yang pernah berjaya dengan dialek Jawa yang kental. Atau komedian Kartika yang melejit karena gaya bicara Tegal dengan "ngapak"nya. Satu lagi yang menurut banyak orang lucu adalah saat orang Sunda melafalkan "f" menjadi "p". Sungguh semua mungkin sudah sering mendengar lelucon "Siapa bilang orang Sunda tidak bisa mengucap "f", itu pitnah :) ". Sewaktu berkunjung ke Pasar Baru Bandung, terasa geli telinga saya saat penjual-penjual di pasar itu menawarkan dagangannya. "Kainnya kakak, bajunya kakak" dengan liukan-liukan pengucapan yang belum pernah saya temui di Jawa.

Satu lagi dialek yang saya temui di perantauan saya ini, yang belum digunakan oleh komedian manapun, Bugis. Jika Anda belum pernah membaca tulisan-tulisan saya sebelumnya, sekedar informasi, saya adalah perantau dari Jawa dan sekarang menetap di perkebunan sawit yang mana mayoritas tetangga saya adalah orang Bugis. Saya baru tahu setelah tiba disini jika orang Bugis tidak bisa melafalkan "n". Mereka melafalkan "n" dengan "ng".

Contoh: Iwan, sudahkah kau makan ikanmu? menjadi Iwang, sudahkah kau makang ikangmu?

Pertama mendengar saya cekikikan dalam hati. "Saya sudah terbiasa mendengarkan orang tidak bisa mengucap "f" atau "r". Tapi kalau "n"? saya rasa itu hal yang aneh. Anak kecil di sekitar saya sewaktu di Jawa semuanya bisa melafalkan "n". Pernah saya mengerjai tetangga yang suka minum teh. Sebenarnya saya sudah tahu teh favoritnya adalah L*pton. Tapi kejahilanlah yang membuat agar tetangga saya itu mengucapkan L*pton menjadi L*ptong :).

Baru 3 itu yang saya temukan dan saya yakin masih banyak lagi dialek-dialek Indonesia yang unik seperti ini.

Oke saudara-saudara cukup ini yang saya sampaikang. Tetap jaga persatuang dan kesatuang Indonesia.Eh kok jadi nge-Bugis nih! :)

Mohon tunggu...

Lihat Konten Bahasa Selengkapnya
Lihat Bahasa Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun