Gambar : http://www.asatunews.com
Sabtu, tanggal 15 Januari 2014, Mata Najwa kembali tayang ulang dengan Tri Rismaharini, Walikota Surabaya. Kembalinya tayangan blak-blakan dengan Risma ini tidak jauh harinya tayangan perdana yaitu pada Rabu 12 Februari 2014. Ada Apa dengan Risma?
Ketika membuka twitter, Mata Najwa menjadi salah satu trending dalam jagat per-twitteran. Penulis tertarik untuk melihat twit warga twitter, ada yang menanggapi acara mata najwa tersebut dengan gembira, karena baginya malam mingguan seperti ini akan terasa lengkap dengan tayangan berkualitas seperti tayangan Mata Najwa yang sebenarnya ulangan tersebut. Ada juga twit yang bergembira karena akan melihat kembali pahlawan mereka.
Fenomena tersebut menggambarkan bahwa begitu kuatnya citra seorang Tri Rismaharini bagi banyak orang. Jokowi memang dielu-eluka, banyak orang yang berpikiran jika dia maju mejadi calon presiden, maka penandingnya yang terkuat justru adalah Tri Rismaharini.
Acara mata najwa seolah menyindir orang-orang yang blusukan dengan membawa media, bagi Mata Najwa, blusukan Tri Rismaharini “NO MEDIA”. Acara tersebut seperti menyindir banyak kepala daerah atau kepala pemerintahan lainnya tentang Tanggung Jawab Pemimpin, bahwa pekerjaan memimpin akan diminta tanggung jawabnya.
Figur pemimpin Umar Bin Khatab, sepertinyamenjadi panutan bagi seorang tri rismaharini. Umar Bin Khatab dikenal sebagaiseorang yang anti protokoler, malam hari pun dia keluar melihat dan mengamati warga Madinah, sendirian TANPA MEDIA.
Cukup sudah gambaran yang lahir dari persepsi bagi banyak orang ketika dia tampil di Mata Najwa. Namun bukan hal tersebut yang ingin penulis bahas.
Coba kompasianer ingat-ingat kembali ucapan Najwa Shihab, lebih kurang seperti kata berikut “ini tanggung jawab saya lho buk!”, ya... seorang Najwa Shihab maju menjadi seorang jurnalis yang ideal. Najwa menanyakan tentang kesungguhan Risma untuk mundur, Najwa merasa menjadi wakil dari rakyat Surabaya mengklarifikasi mengenai gonjang-ganjing pengunduran diri Risma dari jabatan Walikota Surabaya.
Kalau lebih teliti lagi, Mata Najwa diperuntukkan sebenarnya untuk mengklarifikasi tentang pengunduran diri Risma. Lihatlah, tamu mata najwa hanya seorang Risma. Lihatlah berulang kali Najwa berusaha mencari celah untuk dapat mengetahui alasan utama dan mengapa tiba-tiba seorang Risma mempunyai pikiran untuk mundur. Berulangkali Najwa berusaha masuk lebih dalam, namun seorang Risma yang teguh dan tergambar sebagai seorang yang memiliki kecerdasan Spritual tetap bertahan untuk sebuah RAHASIA.
Di akhir acara, Risma diberi kesempatan untuk mengucapkan terima kasih, Risma malah meminta maaf atas segala kekurangannya, dan ketika didesak lagi untuk menyampaikan sesuatu, Risma mengucapkan terima kasih kepada pemuda-pemuda Surabaya dengan menyebutkan terima kasih anak-anakku.
__________________________
Saya akan mencemooh pemuda surabaya yang mempunyai sejarah kepahlawaan jika tidak bisa membaca pesan tersirat tersebut. Bahwa benar seorang Tri Rismaharini sedang dalam keadaan terdesak, Najwa merasa mempunyai tanggung jawab moral untuk mengawal Walikota Surabaya ini, tayangan dengan tamu Risma diulang hanya dalam waktu 4 (empat) hari dari tayangan perdana.
Kata-kata maaf dan kata terima kasih dalam dialog dengan Najwa itu lebih mirip sebagai pamitan seorang Risma kepada Warga Surabaya, sampai-sampai Najwa kembali “mendesak” Risma, “apakah masih ada pikiran untuk mundur bagi seorang Risma?”, ketika diminta berjanji, risma mengelak memberikan janji.
Mana Arek-arek Suroboyo? Jangan jadi orang rugi karena akan kehilangan seorang PEMPIMPIN TELADAN seperti Walikota Kalian, Pertahankan!!!
Ada Apa dengan Risma?
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI