Mohon tunggu...
Zam Zami
Zam Zami Mohon Tunggu... karyawan swasta -

Kelahiran Padang Januari 4. Baru pernah merantau ke Jakarta, Pontianak, Duri dan Pekanbaru. Mantan wartawan di korannya KG dan reporter radio "they call it smart". Kini berminat pada masalah lingkungan, jurnalistik dan suka merantau juga makan-makan.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Selesaikah Masalah TKI dengan Hp, Pak SBY?

19 November 2010   08:30 Diperbarui: 26 Juni 2015   11:28 368
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
12901553511371725738

[caption id="attachment_75817" align="alignleft" width="167" caption="Sumiati-TKI asal NTT"][/caption] "Kalo jari2ku diremukkan, mulutku digunting, dan aku disekap di ruang gelap; gimana aku bisa telpon kamu?" Begitulah aktor dan novelis Sitok Srengenge dalam akun twitternya @1Srengenge berkicau siang ini. Kicauan itu menarik sekaligus menggugat ide Presiden SBY untuk memberikan HP kepada Tenaga Kerja Indonesia/Wanita (TKI/TKW) dalam rangka memberi perlindungan (detik). Ide tersebut bisa dipandang sebuah upaya pemerintah untuk memberikan perlindungan maksimal bagi para pekerja Indonesia di luar negeri sana. Tapi sayang, ide itu sungguh remeh, alias gampangan dan tidak menyelesaikan masalah. Persoalan HP, itu gampang dibeli. Dengan gaji per bulan yang diterima para TKI/TKW tentu saja dapat membeli satu unit telpon genggam.  Apalagi jika HP itu dibeli di Indonesia, jauh sebelum mereka merantau ke negeri seberang, harganya lebih murah. Secara objektif, ide itu tak mampu menjawab tantangan perlindungan, maupun mengurangi kekerasan terhadap pahlawan devisa. Bagi saya, selain idenya bernilai rendah, tak layak juga ide tersebut muncul dari seorang kepala negara. Tak perlu kita perjelas apa yang menjadi kegundangan seorang Srengenge atas ide Hp itu. Bagaimana jika TKI/TKW itu tangannya diborgol, jari-jarinya disiksa hingga tak lagi mampu mengetik dan memencet tombol-tombol Hp, atau bibirnya digunting seperti yang terjadi pada Sumiati, TWI di Arab Saudi asal NTT itu? Pertanyaannya, apakah memang sudah ada kajian bahwa persoalan utama yang dibutuhkan para TKW/TKI adalah cara menghubungi kedutaan? Kalau pun ada, maka tetap saja ide pemberian Hp bukan penyelesaiannya. Bahkan jauh lebih penting, jika kedutaan dan para perusahaan penyalur bertanggungjawab mensosialisasikan betapa pentingnya menghubungi orang terdekat atau perusahaan/kedutaan jika sedang ada masalah. Atau adanya forum-forum diskusi atau majelis taklim per bulan sebagai wadah bagi para TKI/TKW melakukan sharing informasi dan pengalaman. Atau kisah (kompas) seorang TKW asal Karawang yang baru seminggu kerja di Dubai namun akhirnya balik karena kedua tangannya melepus disiram air panas oleh majikannya. Apakah mereka-mereka itu bisa menghubungi pihak terkait dengan Hp? Berdasarkan data yang disampaikan Presiden SBY di dalam rapat kabinet terbatas khusus mengenai tenaga kerja Indonesia ini,  jumlah total TKI di luar negeri mencapai  3.271.584. Dari jumlah itu, sedikitnya tercatat 4.385 orang atau 0,01 persen mengalami masalah di tempat kerja. Nah dari jumlah-jumlah itu, jika SBY tetap ingin membelikan Hp kepada para TKI, adakah yang bisa membantu saya, berapa duit yang harus dikeluarkan pemerintah untuk Hp? Apa merek dan berapa harga per satu Hp? Bagaimana dengan pulsanya? Bagaimana mendistribusikannya? Selesaikah masalah kekerasan TKI engan ide Hp Tuan tadi, pak SBY?

Mohon tunggu...

Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun