Tulisan ini saya khusus buat untuk Bi Guru Novi vocalis band sukatani
Guru adalah pekerjaan yang mulia dan penuh resiko tuk mencerdaskan kehidupan bangsa. Mereka hidup dengan berbagai tuntutan yang harus dikejar dari kemampuan anak, administrasi dan pola pikir anak tapi yang begitu mengherankan adalah pola pikir anak dari Ia kecil seakan ditekan oleh keadaan. Ia tak bisa mengembangkan potensi kritisnya karena dari lingkungan keluarga sudah diberikan asupan agar menjadi seorang penurut. Orang tua memegang peran penting dalam kolonialis karena mereka membungkam pikiran anaknya dengan berbagai anggapan yang menyesakan hati.saat sudah dewasa mereka dituntut untuk ikut pada perintah atasan tanpa diberikan waktu untuk sekedar bertanya ataupun berdiskusi terhadap kebijakan yang diambil.
Dengan kebiasaan yang turun temurun dan menjadi sebuah aturan yang tidak tertulis bagi rakyat bahwa semua orang tidak boleh mempertanyakan kebijakan apalagi mengkritik sebuah kebijakan karena semua yang sudah dianggap benar harus diikuti dengan patuh. Bila ada seorang yang mempertanyakan atau bahkan tak setuju terhadap kebijakan tersebut maka Ia dianggap sebagai pemberontak yang harus dimusnahkan.
Kritik terhadap sebuah instansi pernah digelorakan oleh seorang guru bernama novi, Ia menjadi seorang penyanyi punk yang kritis dan prihatin terhadap berbagai kehidupan di bangsa ini. Ia hanya menyuarakan berbagai keluhan dengan sebuah karya namun karya nya menjadi sebuah momok yang menghantam dirinya tanpa Ia sadari. Lagu yang dinyanyikannya sama nasibnya dengan seorang iwan fals namun yang membedakan hanya posisi Iwan fals masuk jeruji namun Ia keluar dari tempat kerja tanpa hormat tanpa ada klarifikasi apapun dan tanpa ada kesempatan apapun tuk menjelaskan. Usut punya usut, ternyata pihak sekolah dan organisasi keguruan dapat imbas dari viral nya lagu yang dinyanyikannya oleh bu guru Novi. Mereka mendapatkan intimidasi dari pihak terkait karena merasa tersinggung dengan lirik lagu yang Bu Guru Novi nyanyikan. Setelah berbagai permasalahan selesai dan Bu Guru Novi diperbolehkan untuk mengajar dengan gaji yang tak seberapa tapi dengan catatan harus berhenti nyanyi. Ironi bukan? Bu Guru Novi lebih baik tidak mengajar daripada Ia harus kehilangan panggungnya. Ia lebih memilih lingkungan yang menghargainya daripada lingkungan yang membutuhkannya. Gak punya malu dan gak punya urat malu malah mau dijadikan sebagai duta -mungkin duta sampo lain- karena katanya intansi tersebut tidak anti kritik tapi takut banget kalo sudah viral karena instansinya sudah terkenal dengan berbagai polemik dan masalah pada rakyat.
Dari kisah ini kita mampu memahami dan bahwa sekolah tidak memperbolehkan untuk kritis bahkan seorang guru pun tidak boleh kritis.
Guru itu katanya digugu dan ditiru, bila guru kritis maka muridnya juga akan lebih kritis.
Berbanding terbalik dengan kasus Salsa -saya sangat tak mau menyebutnya guru karena tak pantas disebut guru. Dia menjadi orang yang sangat tak patut dicontoh dengan berbagai video syur dirinya yang sangatlah tak patut dicontoh. Ia beralasan dijebak dan itulah inilah. Setelah video syurnya viral maka Ia diberikan waktu untuk klarifikasi dan bahkan masih mengajar walaupun kesalahannya begitu amat fatal. Hal yang sangat mengejutkan Salsa dinyatakan lolos sebagai P3K atau pegawai negeri sipil yang dibawah naungan bidang pendidikan bahkan organisasi keguruan yang notabennya harus adil dalam bertindak dan bertindak tegas agar hal tersebut tak terulang kembali malah pasang badan siap membela salsa yang mungkin mereka menikmati viralnya dia.
Ternyata selangkangan lebih dihormati daripada kritik.
Kembali lagi guru digugu dan ditiru, bila seorang guru melakukan demikian dan bahkan bukan hanya sekali
Ia beralasan dijebak -masa sih dijebak buat video tak hanya satu. Ia beralasan ini lah itu lah lalu klarifikasi, kemudian beres. Kemungkinan besar apa yang dilakukan salsa yang telah di normalisasi oleh masyarakat dan bahkan organisasi mulia tersebut bisa saja akan diikuti dan dituruti oleh siswa-siswi karena mereka mengikuti apa yang dilakukan oleh gurunya.
Perlakuan yang diterima oleh Bu Guru Novi dan salsa sangat berbanding terbalik. Banyak pihak takut bila Pasang badan untuk menjaga Bu Novi karena mereka akan mendapat ancaman dari pihak terkait dan bahkan mungkin posisinya akan hancur tapi berbeda dengan salsa, Ia mulus melenggang naik tahta tanpa takut intimidasi dari berbagai pihak. Mungkin bukannya intimidasi, mereka bahkan menikmati apa yang salsa lakukan
Benci?
Inilah negeriku
Klarifikasi hanya untuk yang menguntungkan, kesempatan kedua hadir untuk mereka yang bisa dimanfaatkan dan dimanipulasi agar bisa dikendalikan. Namun untuk mereka yang berdikari (berdiri di kaki sendiri) -sebuah pepatah buatan Ir Soekarno untuk menggelorakan para pejuang- tak bisa dimaafkan karena bisa membuat posisi terancam dan membuat orang lain lebih berani untuk melakukan hal tersebut.
Bersuara dengan tulisan
Create by: Zamzam Muzamil
#bersuaradengantulisan
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI