Assongka Bala menggunakan rempah-rempah tumbuh di Bugis-Makassar, dengan pemetikan daun yang memiliki teknik khusus. Prosesi ritual dilaksanakan selama 4 hari 4 malam, melibatkan makanan adat dan sesaji seperti songkolo le'leng, songkolo eja, songkolo pute, manu, loka, kaluku, dan tua'.
Setelah selesai, daunnya diberikan kepada setiap rumah sebagai tanda partisipasi dalam ritual. Selain Assongka Bala, masyarakat Bugis-Makassar melibatkan adat istiadat untuk melindungi diri dari perbuatan tercela, dengan Pangadakkang berlaku sebagai aturan ketika melanggar adat.
Upacara Akkallabua berfungsi untuk melindungi diri dari wabah penyakit, menerapkan isolasi diri tradisional. Penanganan penyakit melibatkan kepercayaan pada prinsip "bila ingin sehat, bekerjalah dan makanlah apa yang kamu tanam," yang mengarah pada pekerjaan sebagai petani.
Dalam ritual Assongka Bala, persembahan sesaji bersifat perorangan, mewakili masing-masing rumah tangga. Ritual ini diawali dengan persiapan sesaji di rumah masing-masing dan diserahkan kepada pemimpin adat. Kesederhanaan terlihat dalam persembahan makanan dan tingkat kebersamaan yang tinggi dalam pelaksanaan ritual.
Kearifan lokal terlihat dalam sikap menghormati leluhur, menghargai jasa orang lain, dan kepercayaan pada Allah SWT sebagai tempat berlindung dan meminta pertolongan. Dalam ritual, doa-doa dipanjatkan sebagai medium untuk memohon izin dan kepastian kepada Tuhan.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H