Mohon tunggu...
Zallinggi Pramestha
Zallinggi Pramestha Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswi

⋆˚࿔ little girl who loves cake and ice cream 🍦🍰 𝜗𝜚‧₊˚

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Langkah Terakhir Menuju Hidup: Kisah Alison Melawan Maut

6 November 2024   20:30 Diperbarui: 6 November 2024   20:36 32
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Alison Botha lahir tanggal 22 September tahun 1967 di Port Elizabeth. ia tinggal bersama ibu dan saudara laki-lakinya, orang tuanya bercerai ketika ia baru berusia 10 tahun. Sejak kecil, Alison adalah anak baik yang tumbuh di keluarga yang sangat baik juga mendukung dia dengan segala mimpi-mimpinya, membuat Alison menjadi anak yang disayang oleh orang-orang di sekitarnya.

Suatu hari di tanggal 8 Desember tahun 1994, Alison yang pada saat itu berusia 27 tahun sedang menikmati malam perayaan natal bersama teman-temannya di pantai. Selesai berpesta, Alison pulang ke apartemen sembari menawarkan tumpangan kepada temannya yang kebetulan searah (Kim), setelah Alison mengantar Kim ke apartemennya, Alison kembali ke mobil dan melihat tiba-tiba pintu penumpang mobilnya terbuka dan Alison melihat ada seorang pria menodongkan pisau dan berkata “Move, or i will kill you”. Alison yang juga takut dan tak tahu apa motif orang itu akhirnya duduk di sisi penumpang, pria itu masuk dan menyetir mobilnya dengan mengaku namanya Clinton, dia bilang “Saya ga akan menyakiti kamu kok, saya cuman mau menggunakan mobilmu selama 1 jam”, Alison dengan deg-degan berpositive thinking mungkin ini hanya kasus bajak mobil saja. Hingga kemudian Alison sadar bahwa dia dalam bahaya ketika ternyata Clinton menjemput temannya kemudian berjalan menuju ke luar kota. Alison juga menyadari bahwa ternyata nama pria tersebut bukanlah Clinton, karena temannya memanggilnya France dan temannya bernama Tiens. France dan Tiens mengobrol biasa di depan Alison hingga kemudian mereka berkata kepada Alison “Kami akan berhubungan badan dengan kamu, apakah kamu akan melawan kami?” Alison pada saat itu hanya fokus untuk bertahan hidup dan berkata bahwa dia tidak akan melawan France dan Tiens.

Alison dibawa ke suatu tempat terpencil yang tidak ada orang disekitarnya kemudian dilecehkannya. Alison pinsan dan saat siuman ia mendengar bahwa kedua orang ini mencoba untuk menghabisi nyawanya. Alison mendengar France berniat untuk menghancurkan organ reproduksinya, dengan belati yang dibawa mereka mulai menusuk perut Alison sebanyak 30 kali, mereka berpikir bahwa Alison telah tewas namun ternyata mereka melihat kaki Alison masih bergerak, dari situ mereka kemudian menyeset leher Alison  sebanyak 16 kali kiri kanan. Setelah yakin bahwa Alison sudah tewas, mereka pun pergi meninggalkan Alison yang terkapar di tanah. Alison saat itu merasa ini adalah ujung kehidupannya, namun ternyata Alison masih bisa berpikir “Jika ini waktunya saya meninggal, setidaknya saya harus meninggalkan clue bantuan untuk polisi menemukan pelakunya” dengan seonggok energi yang dimiliki, Alison menuliskan France dan Tiens di pasir lalu dibawahnya dia tulis I Love Mom.

Alison melihat lampu dari ujung matanya yang ternyata lampu itu berasal dari jalan raya, ini adalah kesempatan Alison untuk survive jika dia bisa menuju ke jalan tersebut. Alison mengumpulkan energi yang tersisa dan berdiri dengan menyangga usus dan organ dalam yang keluar dan berceceran dari perutnya, saat berdiri tiba tiba pandangannya hitam dan saat dia merogoh lehernya yang sudah hampir putus dan kepalanya terdongak ke belakang, dengan satu tangan dia menyangga organ dalam perutnya kemudian satu tangan lagi memegang kepala dan berjalan menju jalan raya lalu berbaring pada garis putih yang ada di pinggiran jalan dengan harapan dapat menarik perhatian pengendara yang lewat.

Muncul satu mobil dari jalan raya yang kemudian menepi melihat Alison dan ternyata pemilik mobil itu adalah mahasiswa kedokteran (Tian Islandy), Tian segera menelfon petugas darurat sambil berkata kepada Alison “Hey lihat mata kamu bagus banget, mata terindah yang pernah saya lihat, dibuka terus ya mata indahmu” Alison yang hampir kehilangan kesadaran jadi tetap bangun karena terus mendengar kata-kata Tian hingga petugas datang dan membawanya ke rumah sakit dan diberi penanganan serius.

Kasus ini menjadi kasus yang sangat besar di Afrika Selatan, pengadilan North Hook Ripper benar-benar menarik perhatian dan diliput oleh semua media di seluruh Afrika, France dan Tiens akhirnya mengaku atas tuduhan pembunuhan pada bulan agstus tahun 1995 dan dijatuhi hukuman penjara seumur hidup, namun pada bulan juli 2023 hukuman penjara mereka selama 28 tahun diberikan kebebasan bersyarat dan ditempatkan dibawah pengawasan, perubahan ini pun menimbulkan banyak protes masyarakat. Pada akhirnya Alison dinyatakan benar-benar sembuh dan setelah menikah ajaibnya Alison bisa mengandung dan mempunyai anak.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun