Ah, ini hasil pengajianku tadi siang, di Mesjid An Nashru, Desa Air Teluk Kiri, Kec. Teluk Dalam, Asahan, Sumut.
Ustadznya namanya H. Ahmad Bin Yasir, cukup kondang di kabupatenku.
Baiklah, kira2 begini katanya :
Hidup kita ini spt piring pinjaman, jd mesti kita pulangkan piring itu kpd pemiliknya, suatu hari kelak.
Tentu, memulangkannya jg dgn sopan santun.
Yg jelas, piring pinjaman itu kita pinjam dlm keadaan bersih.
Terserah kita bgmn memakainya, yg penting sbg barang pinjaman, pulangnya harus spt dlm keadaan pertama kita dipinjami.
Tipe pertama, dipinjam dlm keadaan bersih, dipulangkan jg dlm keadaan bersih, tanpa kurang apapun jua, tanpa cacat.
Oleh Pemiliknya, sang piring lgsung masuk rak piring, atau lemari, atau show case, yg sejenisnya dech.
Si Pemilik tdk perlu mencucinya lg.
Itu spt anak bayi, anak kecil yg blm baligh, para nabi yg ma'shum (tanpa dosa), dan org2 yg tdk punya sangkutan dosa lagi saat meninggalkan dunia ini.
Diterima Tuhan dalam keridhoanNYA.
Tipe yg kedua, piring pinjaman dipakai utk hidup sehari2. Dipakai ll dicuci, begitu seterusnya.
Hanya saja, waktu diminta yg punya, piring blm sempat dicuci utk terakhir kalinya.
Terpaksa yg punya mencucinya kembali sblm dimasukkan ke lemari penyimpanan piringNYA.
Tipe yg ketiga, piring pinjaman dipakai pula oleh org yg dipinjami.
Tp yg dipinjami lalai.
Piring tdk pernah dicuci.
Sisa makanan menumpuk, membusuk, dan membekaskan noda yg sulit hilang.
Ketika yg punya meminta kembali, DIA harus membersihkannya, menggosoknya dgn kuat, atau bahkan merebus piring itu agar STERIL dan bebas kuman.
Ll, Hak Prerogatif Sang Pemilik, apakah memajangnya di show case atau mencampakkannya ke gudang krn menganggap piring itu tak layak lg dipakai.
Tipe yg keempat, yg dipinjami piring malah merusakkan piringnya.
Mgkin hancur berkeping2, bolong2, atau pecah retak bbrp bagian.
Ibarat manusia, mgkin dia bunuh diri, atau hidup sbg org musyrik, tak mengakui Keesaan Sang Pencipta.
Ketika yg punya piring meminta kembali piring itu, dan melihat kondisi piringnya spt itu, tak bs diperbaiki lg, ya udah, langsung aja piring itu dicampakkan ke suatu tempat di dasar sana, berkumpul dgn sampah2 itu, tak ditengok lagi.
Begitulah td Pak Ustadz menerangkannya.
Tgl bgmn kita menyikapi piring pinjaman kita tsb.
Met malam aja ya ???
:)
nulisnya dr hape neh, dr laptop malah ga bs loading sinyalnya, alnya aku tgl di pelosok Nusantara.
:)
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H