Ada banyak alasan yang mendorong para filsuf untuk memilih tidak menikah. Meskipun gagasan ini tidak tersebar luas di kalangan filsuf, beberapa orang mengemukakan gagasan menarik untuk menjelaskan mengapa para filsuf memilih untuk tidak menikah.Â
Salah satu argumen utamanya adalah bahwa kesendirian bermanfaat bagi para intelektual dalam mengejar kebenaran dan pengetahuan. Saat seseorang membenamkan dirinya dalam pikiran dan proses berpikir, kesendirian  memungkinkan seseorang untuk fokus  pada pencarian intelektualnya tanpa gangguan komitmen dan hubungan. Dengan menarik diri dari hubungan romantis, para filsuf dapat memiliki lebih banyak kebebasan untuk memikirkan pertanyaan-pertanyaan filosofis yang penting.
Lebih jauh lagi, seorang filsuf mungkin merasa bahwa hubungan, bahkan pernikahan, mengalihkan perhatian dan energinya dari pencarian intelektual. Dalam proses memahami diri sendiri dan dunia, kaum intelektual membutuhkan banyak waktu dan ruang  untuk memikirkan secara mendalam berbagai konsep dan teori. Seringkali, hubungan romantis  membutuhkan begitu banyak usaha dan perhatian sehingga praktisinya kehilangan fokus pada apa yang dia lakukan.Â
Beberapa filsuf mengatakan bahwa institusi perkawinan seringkali terhambat oleh adat istiadat dan tradisi sosial yang membatasi kebebasan setiap orang. Bagi mereka, konsep pernikahan menjadi kendala dalam mengeksplorasi jati diri dan hak berpikir. Dengan tidak menikah, kaum intelektual dapat menjaga kemandirian dan kemampuan mengambil keputusan individu tanpa terikat pada norma-norma sosial yang bertentangan dengan nilai dan cita-citanya.Â
Selain itu, beberapa filsuf juga berpendapat bahwa menyendiri memberi Anda lebih banyak kebebasan finansial dan waktu untuk mengejar kepentingan dan kebutuhan Anda sendiri tanpa berbagi sumber daya dengan teman atau keluarga Kemandirian finansial dan fisik para filsuf yang belum menikah memungkinkan mereka melakukan perjalanan, belajar, dan menjelajahi bidang ilmu yang sulit diperoleh setelah menikah.Â
Namun perlu diingat bahwa tidak semua filsuf mempunyai pendapat yang sama mengenai hal ini. Beberapa filsuf sebenarnya melihat pernikahan sebagai cara untuk mencapai kepuasan dan kebahagiaan. Mereka percaya bahwa hubungan dekat dengan pasangan dapat memberikan dukungan emosional dan psikologis yang diperlukan untuk perjalanan pencerahan.Â
Dalam konteks ini, para filsuf yang memilih tidak menikah bukan berarti menolak cinta dan hubungan. Namun, keputusan mereka untuk tidak menikah dapat dipahami sebagai upaya untuk menjaga kemandirian dan kesendirian yang sangat mereka hargai dalam pencarian mereka akan kebenaran dan pemahaman yang lebih dalam tentang diri mereka sendiri dan dunia.Â
Oleh karena itu, alasan para filsuf memilih untuk tidak menikah bisa berbeda-beda tergantung pada nilai-nilai mereka sendiri, kebutuhan mereka, dan tujuan hidup mereka. Meskipun gagasan ini mungkin kontroversial bagi sebagian orang, penting untuk menghormati keputusan seseorang untuk hidup sesuai dengan nilai dan keyakinannya sendiri. Setiap orang berhak memilih jalan hidup yang sesuai dengan nilai dan tujuannya, termasuk memutuskan untuk menikah atau tidak.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H