Banyak hal yang membuat konflik di perusahaan terjadi, entah itu atasan dan bawahan yang mempunyai konflik ataupun sesama rekan kerja yang memiliki konflik. konflik secara etimologis berasal dari bahasa Latin 'con' yang berarti 'bersama' dan 'fligere' yang artinya 'benturan atau tabrakan'. Sehingga konflik sosial diartikan sebagai serangkaian fenomena yang bertentangan dan terjadi pertikaian antara individu melalui konflik kelas hingga internasional. jadi bisa di perkirakan bahwa adanya nilai-nilai yang di pegang tinggi oleh manusia yang membuat mereka tidak setuju dengan pendapat seseorang/ tujuan seseorang, maka dari itu mereka bisa memiliki konflik.
Menurut buku yang ditulis oleh Richard Rudman tentang Performance Planning and Review, ada beberapa hal yang membuat konflik terjadi ditempat kerja
1. Konflik pertama muncul dari fakta bahwa perusahaan dan karyawannya  memiliki tujuan yang berbeda: yang di mana karyawan mencari kepastian, bantuan pekerjaan, dan mereka berharap atas penghargaan tambahan, sementara organisasi ingin mereka menerima kritik yang membangun untuk memperbaiki kinerja dan memenuhi potensi mereka. jadi karyawan menginginkan kinerja mereka dihargai, namun perusahaan malah meminta karyawannya untuk memperbaiki kinerjanya yang masih kurang, padahal karyawan sudah merasa bahwa kinerja mereka sangat baik.
2. Sumber kedua dari konflik adalah peran yang berbeda di mana manajer harapkan untuk meneliti konflik. Kebanyakan manajer merasa sulit untuk menjalankan kedua peran ini secara kredibel pada saat yang bersamaan. Ini memperkuat argumen bahwa sistem manajemen kinerja harus dibatasi untuk melakukan hal-hal yang berkaitan dengan kinerja dan tidak diperluas ke remunerasi, pelatihan, pengembangan karir dan bidang lain dari manajemen sumber daya manusia.
Tujuan  dari adanya konflik karyawan, Karyawan biasanya untuk mencari umpan balik, karena hal itu membantu untuk menjawab pertanyaan seperti
'Seberapa baik yang saya lakukan?' dan 'Apa pendapat Anda tentang  kinerja saya?’Â
Dari umpan balik positif membantu karyawan memenuhi kebutuhan psikologis mereka untuk merasa dihargai dan diinginkan, namun sebaliknya jika itu merupakan umpan negatif seperti menunjukkan beberapa jenis kegagalan, biasanya sulit diterima oleh karyawan.
Sumber utama konflik di perusahaan  mungkin adalah fakta sederhana bahwa organisasi tidak yakin tentang tujuan perencanaan kinerjanya dan sistem peninjauan, dan ketidakjelasan ini berlanjut melalui jajaran manajer dan karyawan mereka. Misalnya, akan sulit untuk meyakinkan karyawan bahwa manajemen menganggap serius sistem ketika mereka menemukan bahwa manajer mereka sendiri belum memiliki perencanaan kinerja dan meninjau diskusi dengan manajer mereka. Mereka juga tidak akan siap menerima bahwa diskusi tinjauan berkontribusi pada remunerasi keputusan ketika mereka diberitahu, di akhir wawancara, apa yang telah diputuskan manajemen untuk remunerasi baru mereka.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H