Mohon tunggu...
Zalfaroh Awali Nur Jihan
Zalfaroh Awali Nur Jihan Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

Mahasiswa UIN WALISONGO

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

FOMO vs JOMO

1 Desember 2022   14:30 Diperbarui: 1 Desember 2022   14:41 215
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

Di era media sosial sekarang ini, banyak orang berlomba lomba untuk menjadi yang paling up to date dengan konsisten mengunggah kegiatan sehari harinya agar terlihat lebih eksis di media sosial. Setiap hari, mereka akan selalu melihat kegiatan orang orang di sosial media dengan segala keberagamaannya. Mulai dari yang memperlihatkan kesehariannya, menunjukan barang-barang mewahnya, menjukkan pekerjaannya sampai menujukan pencapaian pencapaiannya.

Merekapun seakan dikejar kejar oleh trend yang setiap harinya berganti, dan seakan mereka takut dianggap ketinggalan zaman. Perasaan tertinggal inilah yang disebut FOMO. FOMO atau Fear of Missing Out adalah kondisi dimana seseorang merasa takut tertinggal karena tidak mengkuti aktivitas tertentu. Contohnya berita baru ataupun rend baru. FoMO dapat berbahaya, karena keinginan untuk terus menggunakan media sosial dapat meningkatkan rasa tidak bahagia dan ketidakpuasan dalam hidup. Selain itu, FoMO juga dapat menyebabkan keterlibatan yang lebih besar dalam perilaku tidak sehat.

Perasaan takut tertinggal inilah yang disebut FOMO. Orang orang FOMO biasanya memiliki kepribadian ekstrovret mereka lebih suka menghabiskan waktu dengan banyak orang. Mereka selalu merasa memiliki kebutuhan untuk selalu terhubung dengan orang lain. Terkadang, mereka kerap membandingkan dirinya dengan orang lain. Ketika, melihat unggahan orang lain yang menyenangkan, kemudian menganggap bahwa hidupnya tidak bahagia. Perasaan inilah yang berbahaya dan bisa mengganggu kesehatan mental.

Oleh sebab itu, muncul istilah JOMO yang berlawanan sekali dengan FOMO. JOMOatau Joy of Missing Out adalah perasaan cukup atas apa yang kamu punya sehingga mereka merasa bebas dan lebih fokus pada hal-hal yang mereka senangi. jOMO didefinisikan sebagai perasaan bahagia atas segalanya yang dialami dan berfokus pada hal hal yang disenangi Mereka yang menerapkan JOMO cenderung mempunyai hidup yang lebih tenang.

Menerapkan JOMO dalam kehidupan kita dapat menyisakan lebih banyak waktu, tenaga dan emosi untuk benar-benar dipilah mana yang harus jadi prioritas utama dalam dunia nyata. Namun, perlu diketahui bahwa menerapkan JOMO bukan berarti benar benar menghilang dan tidak bersosialisasi dengan orang lain. Dengan adanya JOMO membantu untuk mulai membangun koneksi yang lebih dalam dengan orang orang di sekitar seperti keluarga atau sahabat. 

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun