Limbah sisa sayuran dan kulit buah menjadi salah satu penyumbang terbesar sampah di Indonesia karena umumnya masyarakat kurang familiar bagaimana cara mengolahnya menjadi sesuatu yang berguna untuk lingkungan. Sisa sampah sayuran dan kulit buah merupakan jenis sampah organik yang mudah terurai dalam tanah, mengandung zat-zat dan unsur hara yang dibutuhkan tanaman.
Sampah sayuran biasanya terdiri dari bahan-bahan yang memiliki kandungan air yang cukup banyak sehingga cepat membusuk. Hal ini mengakibatkan berkurangnya kualitas sanitasi, pencemaran lingkungan, serta munculnya bibit penyakit tertentu. Dengan demikian, pengelolaan sampah sayuran memerlukan penanganan lebih lanjut untuk meminimalisir masalah lingkungan sekitar. Pembuatan pupuk organik cair dari sampah sayuran, merupakan satu dari beberapa cara penanggulangan sampah sayuran yang semakin menumpuk. Sampah sayuran banyak mengandung mineral nitrogen (N), fosfor (P), Kalium (K), dan B12 (Nisa, 2016).
Organik Cair (POC) menggunakan bahan baku limbah sayur dan EM4. Bahan baku sayur yang digunakan berupa terong, sawi, tomat dan kangkung. Bahan dasar tersebut kemudian di fermentasi dengan menggunakan EM4. Kemudian POC dapat digunakan sebagai pupuk pada bermacam tanaman. Persiapan alat-alat yang digunakan dalam pembuatan POC yaitu media fermentasi berupa kaleng plastik besar yang dilengkapi dengan penutup dengan kapasitas 20 L, tongkat kayu, pisau, gelas ukur, dan timbangan elektrik. Persiapan bahan baku untuk pembuatan Pupuk Organik Cair (POC) diantaranya adalah menyiapkan limbah sayur yang terdiri dari limbah sayur sawi, kangkung, terong, dan tomat, disiapkan pula ragi sebanyak 32 gram, molase 250 Liter, air bersih 6 liter, dan EM4 sebanyak 4 tutup botol (Pawestriningtyas et al., 2023).
Bahan baku yang dibutuhkan untuk membuat pupuk organik cair dari sisa sayuran berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Karyanto et al., 2022 adalah limbah sayur (bayam, kangkung, sawi) sebanyak 1500 gr, EM4 sebanyak 50 ml, larutan gula merah sebanyak 500 ml, ragi sebanyak 22 gr, air mineral sebanyak 1500 L. Pembuatan Pupuk
Salah satu cara mengolah sampah organik yaitu membuat pupuk organik cair dan eco enzym. Keduanya sama-sama menggunakan molase (air gula) sebagai substrat fermentasi. Perbedaannya terletak pada bahan yang digunakan. Eco enzym menggunakan kulit buah, sedangkan pupuk organik cair menggunakan sisa sayuran seperti kacang panjang, kol, wortel, dedaunan kangkung, bayam. Namun untuk kulit bawang dibuat hanya direndam air semalaman tanpa molase.
Menurut Rohmadi et al., 2022 cara pembuatan pupuk organik cair yaitu sampah organik terlebih dahulu dipotong menjadi ukuran kecil atau dicacah menggunakan pisau serta dilanjutkan dengan menimbangnya. Pencacahan dilakukan dengan tujuan memperbesar ukuran luas penampang sampah yang akan dilakukan fermentasi. Semakin luas penampang maka fermentasi akan lebih mudah dan cepat terjadi. Tahap selanjutnya adalah memasukkan sampah yang sudah dicacah menjadi ukuran kecil ke dalam wadah tertutup dan ditambahkan bioaktivator Effective Microorganism (EM4), glukosa dan air dengan perbandingan 1:100. Glukosa yang ditambahkan merupakan aktivator bakteri EM4 yang ditambahkan, sekaligus menjadi nutrisi yang dibutuhkan bakteri. Proses dilakukan dengan kondisi tertutup rapat untuk menghasilkan fermentasi yang baik dan diharapkan menghasilkan CH4 yang optimum.
Penelitian yang telah dilakukan oleh Marbun, 2019, cara pembuatan pupuk organik cair yaitu limbah sayur yang sudah dicacah atau ukurannya sudah kecil, gula pasir, dan EM4 dimasukkan ke dalam ember secara merata. Bahan bahan yang tersedia di dalam ember, diaduk hingga merata atau homogen. Bahan bahan yang sudah homogen ditutup agar terjadi proses fermentasi, selama proses fermentasi setiap tiga hari sekali dilakukan pengadukan dan setiap minggu dilakukan pengecekan kondisi abiotiknya. Pupuk organik cair yang sudah matang dituang ke dalam botol berukuran 1 liter. Lama fermentasi pupuk organik cair dari pembuatan hingga matang adalah 2 sampai 3 minggu.
Hasil pengamatan POC yang telah dilakukan oleh Darnah et al., 2021 terdapat bercak-bercak putih pada permukaan, berwarna kecoklatan dan berbau menyengat. Hal ini berarti, dapat dikatakan proses fermentasi berhasil karena terdapat bercak-bercak putih yang merupakan sebuah tanda bahwa terjadi aktivitas mikroorganisme pengurai limbah organik. Pada hari ke-7 terdapat belatung karena limbah organik telah terpapar telur lalat sebelumnya, atau wadah kurang ditutup rapat. Pada hari ke-14, jumlah belatung tidak bertambah dan mati karena memerlukan oksigen untuk bertahan hidup. Fermentasi sampah organik secara anaerob dengan media cair memungkinkan pertumbuhan telur lalat menjadi belatung karena lingkungan yang lembab dan kaya akan nutrisi. Jika fermentasi anaerob berlangsung dengan baik, belatung akan mati karena kehabisan oksigen (Warjoto & Barus, 2021). Ciri-ciri POC yang berhasil diantaranya warna larutan coklat muda, tidak ada belatung atau sejenis cacing, pada permukaan larutan terdapat endapan berwarna putih serta aroma yang tercium seperti aroma tape (aroma kecut dan segar), tidak berbau busuk (Hidayati et al., 2020).
Teknik penyimpanan yang baik terhadap pupuk organik cair untuk menjaga agar bakteri yang berada di dalam pupuk tetap bertahan hidup maka sangat penting untuk menyimpan pupuk cair pada penyimpanan yang kering dan tertutup rapat. Kodisi udara yang lembab akan merusak formulasi bakteri yang digunakan. Oleh karena itu produk pupuk organik cair yang telah jadi perlu dipertimbangkan bagaimana cara pengemasan dan bahan apa yang digunakan untuk mengemas. Penyiapan alat dan bahan pengemasan produk yang digunakan berupa botol atau jerigen (Wahyuni & Safutra, 2022). Masa simpan pupuk organik cair cukup singkat (short shelf-life) maka penyimpanan produk pupuk organik cair harus dalam suhu ruang dan tidak terkena sinar matahari langsung (Pangaribuan et al., 2017).
Kualitas pupuk organik cair dapat menurun selama penyimpanan karena unsur hara dapat menguap dan menjadi tidak tersedia sehingga semakin lama waktu disimpan dapat menyebabkan kualitas pupuk semakin menurun. Pupuk yang mempunyai kualitas baik adalah pupuk yang mampu mendukung pertumbuhan tanaman, oleh karenanya dalam penggunaan pupuk organik cair perlu memperhatikan lama penyimpanan (Walunguru, 2012).
Pupuk organik cair dapat memberikan hara sesuai dengan kebutuhan tanaman karena pemberiannya dapat lebih merata dan kepekatannya dapat diatur sesuai dengan kebutuhan tanaman. Aplikasi penggunaan pupuk organik cair cukup dilakukan dengan cara disemprotkan ke daun atau disiramkan ke tanah padat (Suwahyono, 2014). Pupuk organik cair dapat dimanfaatkan guna peningkatan produksi tanaman dengan memperhatikan bahwa pupuk organik cair disemprotkan pada pagi hari sehingga tidak terpapar matahari terik (Pangaribuan et al., 2017).