Saat sedang menyendiri di penjara, Alif suka menggoreskan 99 nama asmaul husna pada dinding sel penjara menggunakan pensil bekas sambil memikirkan peristiwa yang telah ia alami, kehidupannya seperti roller coaster dan mengaitkan nya pada nama-nama indah yang pernah diajarkan ibunya saat merasa kesulitan, Alif butuh berdoa dan meminta dengan nama asmaul husna.
Iradat, Yang Maha Berkehendak.
Al Ghaffaar, Maha Pengampun.
At-Tawwaab, Maha Menerima Taubat.
Dosa-dosanya yang telah lalu berlesatan, benarkah akan terampuni? - hal 103
Kegiatan Arum selain sibuk dengan anak-anak jalanan yang tinggal di rumah singgah, sering ia merasa kesakitan dengan sel kanker yang tiba-tiba aktif, berjuang antara kematian dan berharap kesembuhan. Berulang kali. Bik Nah, pembantu rumah mengajarkan Arum untuk menghafal asmaul husna, meminta kesembuhan dengan nama-nama Allah yang menguatkannya menghadapi sakit yang dideritanya beberapa tahun.
Persinggungan
Pertemuan Arum dan Alif yang kedua kali, dengan suasana yang berbeda. Awalnya Arum kaget menyadari Alif di penjara saat mempersiapkan kegiatan bakti sosial bersama ibu-ibu pengajian. Kejadian yang dulu masih teringat, rasa kesal masih ada, tapi Arum penasaran apa yang membuat Alif masuk penjara. Alif yang dilihat Arum saat ini berbeda, terlihat lebih teduh dan tenang. Kemudian terjadi dialog singkat antara mereka diakhiri dengan kata-kata sindiran Arum yang tegas mengatakan bahwa kalau benar berubah, buktikan saat keluar penjara. Alif berniat menepati janjinya, menebus kesalahan yang pernah ia lakukan pada Arum. Ia membantu Arum dengan kebaikan apa yang ia bisa lakukan seperti mengunjungi rumah singgah, mengajari seni kaligrafi asmaul husna dan rencana bersama mengasuh anak jalanan.
Di tengah kesibukan Arum dan Alif, tiba-tiba orang suruhan saudara ibunya Alif datang ke kantor tempat kerja Arum, menculik Arum diam-diam saat pegawai sudah pulang dan kantor sepi. Arum sangat khawatir dan takut. Ia berdoa sungguh-sungguh sambil menyebut asmaul husna meminta pertolongan. Ia juga tidak sengaja merekam voice note pada salah satu kontak whatsapp mencoba menghubungi. Dua orang penculik sangat kasar, mengambil barang-barang milik Arum, mencari uang dan perhiasan. Namun Arum bilang tidak ada. Kemudian penculik membawa Arum ke suatu tempat yang sepi. Menyadari voice note dari Arum, Alif mengejar mobil Arum yang belum lama melintas keluar dari kantor. Di tengah perjalanan, Arum mencoba mengganggu penculik yang mengemudi, membanting setir di pertigaan ke kanan menuju pohon. Mobil Arum meledak terbakar.
Rumah Sakit
Alif yang berada di belakang mobil Arum sangat terpukul. Ia mencoba menyelamatkan Arum yang pingsan tidak sadarkan diri, penuh darah. Ia membawa nya ke rumah sakit. Sedangkan kedua penculik diringkus polisi.
Arum koma selama satu minggu. Alif menelpon Farah, teman kantor Arum memberitahu keadaan yang terjadi. Farah kemudian datang ke rumah singgah memberi kabar pada Bik Nah, dan anak-anak asuh untuk mendoakan kesembuhan Arum. Mereka saling bergantian menjaga Arum dari luar IGD. Beberapa lama kemudian akhirnya Arum sadar dari koma dan pindah ke kamar rawat pasien biasa. Rumah singgah dipenuhi kebahagiaan luar biasa. Bik Nah menyiapkan bubur ayam dan snack kesukaan Arum, sedangkan anak-anak membuat vas bunga liar untuk Arum. Konflik pun terjadi ketika Mama dan Ayah Arum datang menjenguk. Mama Arum marah besar melihat bunga liar yang dianggap jelek dan tidak berguna. Ia melarang Arum kembali ke rumah singgah, fokus pada kesehatannya di rumah. Namun, Arum tetap pada pendiriannya, ia ingin terus bersama anak-anak jalanan yang tinggal di rumah singgah.
Novel "Cinta dalam 99 nama Mu" adalah novel cetak pertama karya penulis terkenal Asma Nadia yang saya baca sampai habis, membutuhkan waktu sekitar 1 minggu. Biasanya saya baca novel versi e book pdf atau google book yang hanya berisi 1/2 atau 1/4 isi buku. Berawal membaca dari google book, membuat saya penasaran bagaimana kelanjutan isi cerita yang dialami tokoh sampai ending, akhirnya saya berhasil mendapat buku versi cetak dengan cara meminjam dari perpustakaan Cikini Jakarta lantai 4 bagian Sastra Indonesia yang berisi beragam jenis genre novel. Bahasa yang digunakan ringan, mudah dipahami, tidak selalu baku, ada candaan terselip pada bagian dialog. Namun, memahami makna cerita dan hikmah kehidupan pada isi novel membuat saya termenung agak lama dan tidak terburu-buru menghabiskan cerita. Membayangkan bagaimana tokoh menghadapi latar masalah kehidupan dan apa yang dilakukan.
Buku ini sangat puitis. Setiap awal bab terdapat puisi singkat yang menggambarkan isi bab tersebut. Tokoh-tokoh yang diceritakan memiliki karakter yang berbeda dan saling melengkapi.Wawasan Asma Nadia terkait masalah penyakit kanker tulang, kanker payudara, bagaimana tersebarnya penyimpangan seksual pada anak jalanan cukup luas.
Bagian yang paling membuat terharu adalah saat Alif di penjara, bertemu dengan penghuni penjara lain, merasakan bagaimana kerasnya penjara, namun di lain sisi terdapat masjid yang sering mengadakan bakti sosial dan pelatihan-pelatihan yang diadakan untuk menambah kesibukan penghuni penjara.
"Duhai Pemilik 99 Nama, tuntun hamba melalui perkara pelik ini. " (Arum hal 288)
Beri Komentar
Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!