Tak hanya Nuraeni yang membenci Komar, Margio pun membencinya. Sepanjang hidupnya, Margio sering melihat Nuraeni mendapat siksaan dan perlakuan buruk dari Komar. Karena itulah ia membenci Komar dan berkehendak untuk menghabisinya. Sebagai seorang suami, Komar tidak pernah mengindahkan Nuraeni. Sepertinya, satu-satunya yang ia pedulikan dari Nuraeni adalah tubuhnya.
Margio yang semakin dewasa sering meninggalkan rumah karena tidak betah dengan ulah ayahnya, sehingga ia sering ikut bersama Mayor Sadrah untuk berburu babi hutan bersama ajak-ajak. Hingga beberapa hari ia pernah tidak pulang ke rumah dan tidur di surau, serta merasakan bahwa harimau yang dulu dimiliki oleh kakeknya berpindah padanya. Harimau berbulu putih seputih angsa.
Ibunya membantu mengurusi rumah tetangganya Anwar Sadat bersama istrinya Kasia dan 3 anaknya, Laila, Maesa Dewi dan Maharani. Nuraeni yang tidak pernah mendapat kehangatan dari suaminya, suatu hari memperolehnya dari Anwar Sadat.
Suatu hari ibunya bunting dan baru diketahuinya setelah 7 hari kematian adiknya, kalau itu bukanlah adik kandungnya, melainkan hasil perselingkuhan antara ibunya dan Anwar Sadat. Baik Komar, Margio, maupun Mameh tak menyadari perubahan yang terjadi pada Nuraeni. Mereka melihatnya sebagai kesintingan belaka karena Nuraeni selalu bersikap aneh. Hal tersebut membuat Margio merasa sakit hati dan meninggalkan rumah dan minum-minum di warung Agus Sofyan. Margio yang jatuh cinta pada Maharani dengat amat terpaksa harus mengubur perasaannya. Ada luka di dalam keluarganya dan semuanya tersangkut-paut dengan Maharani. Amat sulit bagi Margio untuk menyampaikannya pada Maharani sebab Margio selalu terhalangi oleh rasa pemujaan terhadapnya. Hingga suatu hari ia berkunjung ke rumah Anwar Sadat. Ia berkata agar Anwar Sadat menikahi ibunya, namun ia tak mau dan mengatakan bahwa ia tidak mencintai Nuraeni. Saat itulah harimau dalam tubuh Margio menghabisi Anwar Sadat.
Seperti semua novel-novel yang sudah diterbitkan, Lelaki Harimau juga memiliki berbagai kelebihan dan kekurangan. Kelebihan yang tampak jelas adalah penggambaran latar dan suasana yang detil serta bahasanya yang puitis yang  dapat membuat pembaca merasakan apa yang tertulis di dalam buku tersebut.
Lembar demi lembar pembaca diajak mencari tahu motif dibalik pembunuhan Anwar Sadat. Tetapi, justru dalam perjalanan mengungkap kebenaran, Eka memberikan pengalaman yang luar biasa.
Kekurangan yang ada pada buku ini adalah tidak diperlihatkan resolusi dari konflik.
Kekurangan kedua yang ada pada novel ini adalah ejekan menggunakan kata kasar.
Eka Kurniawan berhasil menunjukkan bahwa setiap manusia tidak hanya dipenuhi sisi terang, namun juga sisi gelap. Contohnya Margio si tokoh utama yang bersifat damai dan santun, namun ia juga suka merokok dan meminum bir.
Secara garis besar, menurut penulis resensi, novel ini memuat banyak pelajaran. Seperti bagaimana kita tidak akan merasakan "hidup" apabila belum mendapat konflik. Hidup akan terasa datar. Pesan tersirat yang didapatkan penulis dari buku ini ialah bahwa kita harus saling menyayangi keluarga dan tetap hidup rukun dengan sesama.
Novel ini sangat direkomendasikan kepada yang sangat gemar novel sastra, tetapi disarankan untuk membaca novel-novel yang ringan terlebih dahulu karena bahasa yang dipakai nyaris sangat baku dan selayaknya bahasa puisi, sedikit rumit untuk dipahami pemula seperti penulis resensi ini.