Mohon tunggu...
zaldy chan
zaldy chan Mohon Tunggu... Administrasi - ASN (Apapun Sing penting Nulis)

cintaku tersisa sedikit. tapi cukup untuk seumur hidupmu

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

Puisi: Yang Kau Sebut Rumah

26 September 2023   01:21 Diperbarui: 26 September 2023   01:37 249
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Yang kau sebut rumah:
Pagar lekuk besi atau susunan bahan berbatu, berpasir, bersemen dan berbata. Atau lagi, sekadar deretan bilah kayu hingga bambu yang berbaris rapi pun tertata tinggi. Terhindar dari tatapan curiga, semisal mata-mata tetangga?

Yang kau sebut rumah:
Pintu majal kayu jati ukiran selera tempo dulu, atau hiasan terali mozaik kaku. Atau lagi, cuma lapisan kaca tembus pandang yang membentengi ruang tamu. Tak terbiar berdebu, walau acapkali bisu.

Yang kau sebut rumah:
Kamar tidur yang dikuasai kasur, lemari pakaian, cermin dan meja rias. Atau lagi, tempelan mesin pegantur suhu hingga televisi layar datar. Padahal malam nyaris tiap hari bersaksi, hanya mendengar dengkuran sesekali.

Yang kau sebut rumah:
Gemercik air di kamar mandi pagi-pagi sekali, atau guyuran terburu pada raga yang tertipu matahari. Atau lagi, tergesa memilih baju, memakai sepatu dan menjumput gantungan kunci pintu:. Sekilas terdengar sapaan hambar basa basi mengiringi ucapan: Pulang jam berapa hari ini?

Yang kau sebut rumah:
Dinding warna-warni dengan wangi yang sepi. Aroma merica, bawang putih, bawang merah, ketumbar hingga butiran garam dan sepaket penyedap rasa telah tersekat pasrah dalam lemari pendingin di dapur. Tertinggal gelas berampas kopi, atau piring bersisa remah roti bakar dan telor dadar.

Adakah yang kau sebut rumah: Berupa keinginan yang tak pernah selesai, atau impian yang tak kunjung usai?

Curup, 26.09.2023
zaldychan

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun