Mohon tunggu...
zaldy chan
zaldy chan Mohon Tunggu... Administrasi - ASN (Apapun Sing penting Nulis)

cintaku tersisa sedikit. tapi cukup untuk seumur hidupmu

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

Butir Rasa

8 Agustus 2023   17:46 Diperbarui: 8 Agustus 2023   17:48 168
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Mungkinkah aksara bernyawa?
Tanyamu terpahat kaku di antara himpunan aksara bisu. Membiarkan gulir waktu menggerus debu-debu tunggu. Dan, akupun merajut ulang timbangan makna yang tersia.

Kau terdiam. Diam-diam.

Bagaimana menakar makna?
Lagi. Tanyamu merajam dinding bisu yang nyaris berdebu. Melupakan jejak tunggu yang terpenjara jeruji ragu. Dan lagi, aku meracik ulang timbunan rasa yang tersisa.

Baca juga: Puisi: Debu Tunggu

Kau terdiam. Tapi tidak diam-diam

Adakah muara rasa?
Tanpa aba-aba. Tanyamu melesat diam di jantung malam. Mengabaikan suram temaram tertatih diusik kelam. Aku terlalu sibuk meredam buih air mata luka yang tak ingin tenggelam.

Kini, kaupun pergi. Aku tersedak tanya di antara penggalan sketsa lirih sebuah elegi.

Masihkah tersisa ruang di sana, untuk menitipkan butir rasa tanpa bulir air mata?

Curup, 08.08.2023
zaldy chan

Tuk Kang Indra Rahadian:
Beristirahatlah. Biarkan makna merajai kata!

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun