Mungkinkah aksara bernyawa?
Tanyamu terpahat kaku di antara himpunan aksara bisu. Membiarkan gulir waktu menggerus debu-debu tunggu. Dan, akupun merajut ulang timbangan makna yang tersia.
Kau terdiam. Diam-diam.
Bagaimana menakar makna?
Lagi. Tanyamu merajam dinding bisu yang nyaris berdebu. Melupakan jejak tunggu yang terpenjara jeruji ragu. Dan lagi, aku meracik ulang timbunan rasa yang tersisa.
Kau terdiam. Tapi tidak diam-diam
Adakah muara rasa?
Tanpa aba-aba. Tanyamu melesat diam di jantung malam. Mengabaikan suram temaram tertatih diusik kelam. Aku terlalu sibuk meredam buih air mata luka yang tak ingin tenggelam.
Kini, kaupun pergi. Aku tersedak tanya di antara penggalan sketsa lirih sebuah elegi.
Masihkah tersisa ruang di sana, untuk menitipkan butir rasa tanpa bulir air mata?
Curup, 08.08.2023
zaldy chan
Tuk Kang Indra Rahadian:
Beristirahatlah. Biarkan makna merajai kata!
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H