Mata tua ini terlalu letih untuk beranjak. Tak berjarak. Menatap seraut wajah cantik terpasung pigura usang. Menembus ruang-ruang kehilangan. Saat suara hati bertasbih: Berjuang!
Langit bertanya: Masih ada kegelapan?
Bumi berkata: Bukan gelap. Cahaya hanya menyelinap!
Telinga tua ini terlalu asing. Meredam aliran deras nada-nada bising. Tak mampu ikuti riuh rentak tarian suara-suara. Tak mampu teriak lantang di telapak usia. Usai asa berbisik lirih: Senja.
Bumi bertanya: Masihkah terang cahaya?
Langit berkata: Entahlah! Sekat itu terlalu pekat!
Mulut tua ini terlalu asam. Menahan kusam kisah-kisah buram. Tentang wajah-wajah letih tersudut pilu di ruang sunyi. Tentang raga-raga lelah terpasung bisu di bilik sepi. Dan, tentang segala tentang muara tangisan yang menjerat diam airmata.
Langit sungkan bertanya: Masih adakah Kartini?
Bumi enggan berkata: Mungkin! Sebab Ia timbul tenggelam di dada ibu Pertiwi
Aku menitip bisik pada potret usangmu: Ibu, masihkah gemuruh dadamu milikku?
Curup, 21.04.2023
zaldy chan
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H