Sepasang kupu-kupu tak henti mengembara di antara reranting dan kelopak bunga. Tak letih berbisik pada sunyi tentang partitur mantra purba. Cinta.
Aku melihat bulir embun pasrah ditindas cahaya. Lesap di ruang-ruang sepi tak bernama. Hampa.
Seraut wajah tak berkedip berkelana di antara rerimbunan ilalang. Membujuk lelah raga menjelajah batas jarak pandang. Hilang.
Baca juga: Puisi | Bentang Garis Takdir
Aku melihat bayang malam menerkam langit jingga. Menenggelamkan garis senja di ufuk jiwa. Luka.
Bulir waktu bergulir hening di lautan masa. Membiarkan butiran rasa membasuh mantra purba.Â
Aku mengeja airmata.
Baca juga: Puisi: Titik Singgah
Curup, 14.01.2023
zaldychan
Baca juga: Puisi | Menapaki Garis Takdir
Beri Komentar
Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!