Entahlah!
Tak kutemukan rangkaian kalimat lengkap, yang layak dan pantas untuk mewakilkan harap.
Kata-kata seperti berlari dari pagar makna. Tak lagi betah berdiri di titian asa, di bisikan doa, atau kutitipkan pada partitur nada.
Baca juga: Puisi: Di Balik Pintu Dapur
Ia memilih bungkam!
Membiarkan titik-titik singgah bergantian datang mendekam dalam ingatan, kemudian pergi diam-diam ke bilik kenangan.
Ia meninggalkan jejak kehilangan di pusaran waktu. Menyisakan serpihan rasa, agar tak berwujud butiran debu.
Baca juga: Puisi: Mimpi Tanpa Pagi
Kujaga segaris senyum itu semampuku. Di antara genangan mata air mata bisu. Untukmu.
Kau tahu?
Baca juga: Puisi: Tanpa Kata
Curup, 07.11.2022
Zaldy Chan
Beri Komentar
Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!