Mohon tunggu...
zaldy chan
zaldy chan Mohon Tunggu... Administrasi - ASN (Apapun Sing penting Nulis)

cintaku tersisa sedikit. tapi cukup untuk seumur hidupmu

Selanjutnya

Tutup

Puisi Artikel Utama

Puisi: Di Balik Pintu Dapur

15 September 2022   18:57 Diperbarui: 16 September 2022   21:27 456
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Titik Api dan Kayu Bakar| Sumber gambar: Pixabay.com

Sepi terlatih merawat siang, di balik pintu dapur yang lengang. Berharap pemilik api, pulang menepati janji.

Semoga, Ia membawa beras!
Aku melirik ke sudut dinding. Tabung gas bergeming, periuk nasi memangku hening.

Setidaknya, Ia membeli sebungkus mi instan!
Gagang sapu terjatuh di atas tumpukan sampah. Piring dan panci kembali siaran ulang serapah.

Siapa tahu, Ia mendapatkan nasi kotak lagi?
Sendok memeluk garpu yang menggigil beku. Debu lantai tahu, hari jumat hanya sekali dalam seminggu.

Meooong!
Ember kosong dan kuali hitam tertawa. Aku tergopoh sembunyi di celah jendela. Binatang itu datang tanpa aba-aba.

Tungku terisak meratapi titik api di ujung sepotong kayu. Sepertiku, sepi berharap ia berhenti menjadi tamu.

Curup, 15.09.2022
zaldy chan

Baca juga: Dan Kembali

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Baca juga: Butir-butir Tunggu

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun