Tak ada kata akhir.
Cerita demi cerita terlahir. Dan, kembali cerita demi cerita terukir. Kemudian, satu-persatu menjelma sebagai rahim. Seperti parade pergantian musim.
Seharusnya kau tahu. Rintik hujan tak akan mampu meredam tangisan kemarau.
Tak ada jejak tunggu.
Di balik tirai senja, selarik merah saga tak lagi menepi. Membiarkan bulir-bulir bening, tenggelam di samudera hening. Seperti ketukan pinta dalam doa.
Seharusnya kau mengerti. Matahari pun tak ingin terlahir sepi.
Dan, ketika kata-kata terpenggal di antara tafsiran para sufi. Seperti cermin diri, tak lagi ada sedetik waktu untuk sembunyi.
Kau betah bertahan dalam sunyi?
Curup, 04.06.2022
zaldychan
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H