Mohon tunggu...
zaldy chan
zaldy chan Mohon Tunggu... Administrasi - ASN (Apapun Sing penting Nulis)

cintaku tersisa sedikit. tapi cukup untuk seumur hidupmu

Selanjutnya

Tutup

Puisi Artikel Utama

Matahari pun Tak Ingin Terlahir Sepi

4 Juni 2022   18:58 Diperbarui: 10 Juni 2022   22:05 484
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Foto oleh Valentin Antonucci/pexels.com

Tak ada kata akhir.
Cerita demi cerita terlahir. Dan, kembali cerita demi cerita terukir. Kemudian, satu-persatu menjelma sebagai rahim. Seperti parade pergantian musim.

Seharusnya kau tahu. Rintik hujan tak akan mampu meredam tangisan kemarau.

Tak ada jejak tunggu.
Di balik tirai senja, selarik merah saga tak lagi menepi. Membiarkan bulir-bulir bening, tenggelam di samudera hening. Seperti ketukan pinta dalam doa.

Seharusnya kau mengerti. Matahari pun tak ingin terlahir sepi.

Dan, ketika kata-kata terpenggal di antara tafsiran para sufi. Seperti cermin diri, tak lagi ada sedetik waktu untuk sembunyi.

Kau betah bertahan dalam sunyi?

Curup, 04.06.2022
zaldychan

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun