Sepagi tadi, tak kutemukan bulir-bulir embun yang berbisik asik di dedaunan. Mentari terlalu cepat berkuasa. Namun, biasnya tak mampu menerbangkan serpihan pilu dari barisan angan yang fana. Tak berdaya.
Kau mengingat pagimu?
Angin siang sesekali menerpa. Bukan muara makna di antara deretan kisah-kisah legenda. Tapi butiran abu dari sisa asa yang terbakar duka. Pada titik persinggahan dari letih rasa yang memangku luka.
Kau masih menyimpan luka?
Senjaku menyulam ulang jejak-jejak airmata. Menjadi selubung suci menara sunyi dari gulir waktu yang berjeruji. Menepi di titian tunggu. Berdebu.
Kau?
Curup, 2022
Zaldy Chan
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H