Mohon tunggu...
zaldy chan
zaldy chan Mohon Tunggu... Administrasi - ASN (Apapun Sing penting Nulis)

cintaku tersisa sedikit. tapi cukup untuk seumur hidupmu

Selanjutnya

Tutup

Puisi Artikel Utama

Puisi: Di Titian Berdebu

15 April 2022   14:37 Diperbarui: 15 April 2022   23:23 365
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Sepagi tadi, tak kutemukan bulir-bulir embun yang berbisik asik di dedaunan. Mentari terlalu cepat berkuasa. Namun, biasnya tak mampu menerbangkan serpihan pilu dari barisan angan yang fana. Tak berdaya.

Kau mengingat pagimu?

Angin siang sesekali menerpa. Bukan muara makna di antara deretan kisah-kisah legenda. Tapi butiran abu dari sisa asa yang terbakar duka. Pada titik persinggahan dari letih rasa yang memangku luka.

Kau masih menyimpan luka?

Senjaku menyulam ulang jejak-jejak airmata. Menjadi selubung suci menara sunyi dari gulir waktu yang berjeruji. Menepi di titian tunggu. Berdebu.

Kau?

Curup, 2022
Zaldy Chan

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun