Jauh sebelum kau hadir dan menitipkan warna pelangi, aku telah memiliki warna abadi. Sepi.
Ia bersemayam tenang dalam rasa, bukan dari rangkuman makna tatapan mata.
Kau ingin menemui sepi?
Mungkin, bagimu sepi adalah jejak rasa yang ditinggalkan hening kesendirian. Ia lahir dari kejanggalan-kejanggalan bisu, yang melintasi pengembaraan semu laju waktu.
Namun, bagiku sepi adalah warna abadi yang disediakan bisu dalam setiap jeda pergantian waktu. Ia bukan keterasingan diri, melainkan ruang-ruang rahasia yang dititipkan semesta.
Jika binar bintang menepi dan purnama rembulan sembunyi, sepi bertamu mewarnai kegelapan hati. Ketika selaput mimpi berselimut kabut nyeri, sepi mendekap pagi menemani kekosongan hari.
Kini, kau telah menjumpai sepi?
Ah, kau pasti tahu. Beningku tak akan mampu menggantikan sepimu.
Curup, 08.12.2021
Zaldy Chan
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI