Malam tadi ada yang bertamu di kamarku.
Pada awalnya, Ia memilih duduk manis di gantungan paku pada pigura yang mengunci sketsa perjalanan waktu. Perlahan membujukku mengingat ulang susunan aksara yang terpasung huruf mati dan huruf hidup.
Memintaku menamai peristiwa itu sebagai kata bahagia atau sebaliknya.
Dengan amarah tertahan, Ia tergesa menepuk debu yang menutupi sampul tumpukan buku. Memaksaku mencari persembunyian kertas alumunium pembungkus rokok yang menjadi kopelan bacaan.
Lagi, memintaku untuk menamai kopelan itu sebagai catatan ringan atau pembatas buku.
Dan aku beruntung! Dua kali pantulan bunyi dari pukulan tiang listrik di depan rumah, berhasil mencegah kejahilannya menguliti barisan angka dan aksara yang terpenjara kata ijazah.
Tanpa permintaan, aku sudah memutuskan. Lembaran-lembaran itu tak lagi menawarkan pilihan bertahan atau melupakan.
Jauh melewati dini hari, kenangan berlari pergi. Mungkin tertawa melihat aku terbata mengeja pagi dengan dua kalimat sakti:
"Kami sudah siap, Yah! Tolong antarkan ke sekolah."
Curup, 15.11.2021
Zaldy Chan