"Yah..."
Kubatalkan langkah kakiku menjauh dari tempat tidur. Mata gadis kecilku sudah kembali terbuka.
"Kenapa?"
"Kancil bukan pintar, Yah. Tapi penipu!"
"Kan, biar selamat?"
"Iya. Tapi menipu buaya, kan?"
Lagi, kuanggukkan kepala. Tampaknya, gadis kecilku tak butuh penjelasan lanjutan. Matanya kembali terpejam. Dua lengannya memeluk bantal guling.
Kali ini, tanpa senyuman.
***
Pukul delapan malam.
Mata bening itu menatapku. Tak ada tanda kantuk seperti malam-malam biasanya. Kuraih buku besar "49 Dongeng Pengantar Tidur". Â Kepala gadis kecilku bergerak ke kiri dan ke kanan. Menolak tanpa suara.
"Mau nonton kartun?"
Lagi. Kudapati gerakan yang sama. Tubuh kecil itu bangkit dari kasur. Memegang kedua lenganku. Wajahnya menengadah ke wajahku.
"Kita nyanyi, Yah?"
"Hah! Kan, udah malam?"
"Pelan-pelan aja."