melupakan hari lahirmu.
Aku bisa saja terlupa mengingat barisan angka di kalender yang terpasung beku di ruang tamu. Terlupa menandai pergerakan hari demi hari yang tak tertahan terus melaju. Namun, aku tak akanSelamat ulang tahun, untukmu!
Lupakan tentang pesan rahasia pada secarik kertas yang kuselipkan di dalam sepatumu. Hingga setiap pagi kau tergesa berlari dari ruang tamu hanya untuk mendekapku. Dan, kau terburu berlalu dari hadapku. Meninggalkan segaris senyum sipu di mataku.
Cara yang sama. Tempat yang sama. Dengan Kata dan makna yang tak akan sama.
Lupakanlah tentang kisah sekotak martabak bangka rasa durian sebagai pengganti pintamu. Kau pasti mengerti, orang bilang inginmu tak baik untuk janin di tubuhmu. Memang tak ada tangismu malam itu. Namun, diammu adalah hukuman untukku.
Kau tak mau mengingat kisah itu, kan?
Ingat saja tentang aku yang acapkali membuat sibuk seisi rumah untuk mencari gantungan kunci setiap kali ingin pergi. Cukup dengan satu gerakan jari telunjukmu, akan menghentikan kesibukan itu. Atau kau ingat kacamata baca yang selalu betah bersembunyi di ubun-ubun kepalaku?
Hari ini. Di antara himpunan rasa. Betapa ingin kutelan tanya, kau masih mengingatku?
Curup, 03.09.2021
Zaldy Chan
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H