Hujan tak membawa kabar darimu.
Hujan hanya bercerita tentang awan yang lelah memangku mendung. Juga bentang langit yang resah menjaga pintu pinta berselubung. Tentang sebaris asa, atau sebait  doa.
Masih adakah doamu untukku?
Seperti di hari kemarin. Hujan kembali mengulang kisah butiran pasir, garis pantai, dan riak ombak. Juga hijau dedaunan di lereng pengunungan, yang menutupi jalur pendakian menuju puncak. Mengingatkanku pada deretan kisah sepi yang basi, serta kuntum-kuntum Edelweiss.
Kau masih mengingat tentang Edelweiss itu?
Maafkanlah! Aku tak akan menukar keutuhan rasamu. Tapi melahirkan luka ketika memetik bunga itu untukmu. Keabadian bukan di dalam genggaman. Namun, pada sebuah pengabdian.
Dan, kau adalah Edelweiss-ku. Kau lupa?
Curup, 02.09.2021
Zaldy Chan
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H