Mohon tunggu...
zaldy chan
zaldy chan Mohon Tunggu... Administrasi - ASN (Apapun Sing penting Nulis)

cintaku tersisa sedikit. tapi cukup untuk seumur hidupmu

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

Puisi: Hingga Sunyi Menemani

24 Juli 2021   20:05 Diperbarui: 24 Juli 2021   20:12 454
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi Lampu Jalan (sumber gambar : pixabay.com)

Kemudian, hari menghabiskan siang seperti hari-hari kemarin. Membiarkan sinar mentari bertarung di antara hamparan mendung. Dan, memungut senandung nyeri yang dihantarkan sunyi.

Angin tanpa arah membujuk kawanan gerimis berjatuhan. Membiarkan butiran hujan berkali-kali membunuh benih ingatan. Dan, mengajak angan menelusuri jejak-jejak kenangan.

Beberapa hempasan tawa terlatih mencari tempat singgah. Berganti genangan airmata yang tertatih menampung sisa gundah. Dan, serpihan doa berdiri kaku di persimpangan harap yang patah.

Seperti malam-malam kemarin, sunyi terlambat datang. Tersendat mengeja satu-persatu jiwa tak bertuan di gerbang kepulangan. Ia tersesat di pintu-pintu tak bernama.

Sebelum detak waktu menghentikan laju perjalanan. Hari-hari akan terus berlalu sebagai sebuah kehilangan. Dan, tak siapapun tahu, kapan dan di mana pintu-pintu itu terpaku.

Hingga sunyi menemani.

Curup, 24.07.2021
Zaldy Chan

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun