Kini kita berada di persimpangan. Bukan meredakan lelah kaki, atau berhenti memangkas resah perjalanan. Namun, meresapi aliran mimpi yang mengembara menelusuri nadi kehidupan.
Hari kemarin, hujan tak menawarkan senyuman. Butirnya berjatuhan mendesak barisan angan untuk dilupakan. Kemudian hanyut dan tenggelam dalam lamunan yang tak tergantikan.
Hari-hari sebelum kemarin, hujan seperti matahari dan rembulan. Datang dan perlahan menghilang dari keriuhan sisa harap yang keruh. Atau, hadir menemani isak tangis tertahan yang tak ingin menjauh
Mungki nanti, kita bertemu pada hari-hari tanpa kehadiran bulan dan matahari. Pada satu titik, di mana ingatan tak lagi melempar sauh, dan kenangan tak pernah menyerah untuk berlabuh.
Bergantian mengetuk pintu yang fana, di antara ribuan pintu yang sama. Satu tempat tanpa kata singgah. Tanpa rasa yang salah, dan asa yang kalah. Sebuah pintu pada titik yang kau sebut rumah.
Kini kita berada di persimpangan. Menelusuri jejak perjalanan, atau menanti satu kepastian. Kepergian.
Curup, 06.07.2021
Zaldy Chan
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H