Di negeri Dongeng, dikenal sebutan Putra Mahkota. Namun, jika urusan rambut, kata "Mahkota" identik dengan Perempuan.
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, Rambut adalah: Bulu yang tumbuh di kulit (terutama kepala).
Dalam kamus kecantikan, artinya jadi bertambah. Dikenal dengan istilah "rambut adalah mahkota". Mesti dirawat dan dijaga sedemikian rupa, karena berharga.
Akhirnya, kata mahkota "dipaksa" merujuk kepada status berdasarkan jenis kelamin, semisal Ratu, Permaisuri atau Putri.
Simbolisasi itu, bisa dilihat pada acara penobatan ajang pemilihan Putri atau Ratu Kecantikan.
Bagaimana dengan kaum adam? Hematku, belum ada istilah populis seperti penggunaan kata "mahkota" yang rekat identik pada kaum Hawa. Jadi, rambut tetaplah rambut.
Jadi, lupakanlah, jika kaum Adam berniat membuat istilah tandingan semisal menggunakan kata "Singgasana". Wong, istilah itu buat tempat duduk, bukan untuk kepala, tah?
Eh, sebagai alumni Gondrongers, aku tulis tentang rambut gondrong, ya?
Dalam KBBI, dicantumkan Gondrong adalah : Panjang karena lama tak dipangkas (tentang rambut orang laki-laki). Jejangan, kata Gondrong, salah satu kata yang bias gender. Karena ada penegasan kalimat di dalam kurung itu.
Terus, jika menggunakan makna harfiah ini. Maka akan ada tiga varian yang bisa ditelaah secara kiramologi.
Pertama.
Bisa saja diambil kesimpulan, gondrong itu bukan rambut yang panjang. Tetapi, rambut yang panjang karena lama tak dipangkas, baru disebut gondrong. Jadi, biarpun rambutnya terlihat pendek, kalau masuk kategori lama tak dipangkas, disebut rambut gondrong!