Pada hari kemarin.
Membacamu, seperti berucap selamat jalan kepada butiran debu yang diterbangkan angin ke selatan. Kemudian menanti gumpalan awan kelabu yang mengajaknya kembali bersama hujan.
Pada hari-hari yang lain.
Seperti memandang bebatuan yang membendung tenang aliran anak sungai di tepian. Kemudian menunggu riaknya meruntuhkan satu-persatu kenangan.
Pada hari-hari tanpa matahari.
Kau menjadi cahaya yang mengarsir titik-titik kegelapan malam menjadi bayang-bayang. Hingga pagi terlalu lelah menjemput tetesan embun yang menghilang.
Hari ini.
Embusan angin utara tergesa melintasi langit jingga. Mungkin enggan mengulang kisah hujan, kenangan, dan embun yang tak usai. Tak pernah selesai.
Akupun terlupa membacamu.
Kau sepertiku?
Curup, 11.06.2021
zaldy chan
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H