Sebutir mimpi berlarian di antara rimbun dedaunan akasia. Mencari titik persembunyian, dari pelukan bulir hujan yang mendera. Sia-sia.
Usai melupakan nyeri. Lelaki itu berlindung di bawah matahari. Menanti sisa mimpi mengeringkan air mata pagi. Dan, bergumam pada sepi, bukan untukku!
Sebilah anak panah melesat tanpa arah. Menembus lekuk pelangi yang patah. Mencari  titik persinggahan hujan. Agar mimpi tak lagi kesepian.
Yang menjauh tak mungkin berlalu! Lelaki itu menapaki garis pertikaian hari. Menyusun puing-puing kenangan yang terpenjara mimpi. Menatap jejak senja yang menyulam air mata.
"Tulislah!"
Langit malam berbisik di antara bayang-bayang kelam. Diam-diam.
Curup, 30.05.2021
zaldy chan
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H