Yang tak tampak, bukan tak bermakna. Ia seperti lukisan senja yang terpasung dalam kenangan dulu. Atau, bersembunyi pada alasan-alasan tak bernama. Seperti butiran hujan pada hari-hari bisu.
Di matamu. Kutemukan rindu.
Yang terlupa, bukan berarti tiada. Ia seperti karang terjal yang membentengi hempasan ingatan. Atau, sejenak menepi dari peristiwa-peristiwa tak berjeda. Seperti bekas luka yang tertambat di dermaga penantian.
Di matamu. Kutemukan pilu.
Yang berlalu, bukan masa lalu. Ia seperti bentangan langit yang memeluk harapan. Atau, meniti ulang serpihan-serpihan waktu. Seperti desiran angin yang tak teraih dalam genggaman.
Di bibirmu. Kutemukan ragu.
"Air mata bukan pembasuh doa!"
Matamu mengusik senja. Bibirmu berbisik doa. Diamku menelan tanya.
Di surga, masih adakah air mata ibu?
Curup, 15.05.2021
zaldy chan
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H