Mohon tunggu...
zaldy chan
zaldy chan Mohon Tunggu... Administrasi - ASN (Apapun Sing penting Nulis)

cintaku tersisa sedikit. tapi cukup untuk seumur hidupmu

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

Puisi: Serpihan Waktu

15 Mei 2021   18:58 Diperbarui: 15 Mei 2021   18:59 306
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
gambar Ilustrasi : pixabay.com

Yang tak tampak, bukan tak bermakna. Ia seperti lukisan senja yang terpasung dalam kenangan dulu. Atau, bersembunyi pada alasan-alasan tak bernama. Seperti butiran hujan pada hari-hari bisu.

Di matamu. Kutemukan rindu.

Yang terlupa, bukan berarti tiada. Ia seperti karang terjal yang membentengi hempasan ingatan. Atau, sejenak menepi dari peristiwa-peristiwa tak berjeda. Seperti bekas luka yang tertambat di dermaga penantian.

Di matamu. Kutemukan pilu.

Yang berlalu, bukan masa lalu. Ia seperti bentangan langit yang memeluk harapan. Atau, meniti ulang serpihan-serpihan waktu. Seperti desiran angin yang tak teraih dalam genggaman.

Di bibirmu. Kutemukan ragu.

"Air mata bukan pembasuh doa!"

Matamu mengusik senja. Bibirmu berbisik doa. Diamku menelan tanya.

Di surga, masih adakah air mata ibu?

Curup, 15.05.2021
zaldy chan

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun