Mohon tunggu...
zaldy chan
zaldy chan Mohon Tunggu... Administrasi - ASN (Apapun Sing penting Nulis)

cintaku tersisa sedikit. tapi cukup untuk seumur hidupmu

Selanjutnya

Tutup

Kurma Pilihan

Lagu Religi di Antara Eksistensi dan "Jeratan" Selera Pasar Industri Musik

22 April 2021   21:06 Diperbarui: 22 April 2021   21:26 1324
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Ada anak bertanya pada Bapaknya

Untuk apa berlapar-lapar puasa.

Khusus lagu-lagu religi, generasi 70 hingga 80-an akan mengenang satu lirik lagu yang dirilis oleh  grup musik Bimbo itu, kan? Lagu itu, kerap didengar apatah lagi menjelang dan saat Ramadan.

Sependektahuku, selain lagu "Anak Bertanya" itu, Bimbo bersaudara juga merilis lagu berjudul "Tuhan", hingga membuat musikalisasi puisi ciptaan Taufik Ismail dengan judul "Sajadah Panjang".

Terus, bagaimana dengan lagu religi bagi generasi 90-an di Indonesia? Karena, pernah jadi penyiar salah satu radio swasta di Kota Curup, aku tulis nostalgia Ramadan dan Musik religi, ya?

Sebelumnya. Maafkanlah, jika tulisan ini memutar jauh. Tidak langsung ke pembahasan lagu religi, tapi berusaha menelusuri perkembangan musik tanah air versiku. Boleh, ya?

Penetrasi Pasar Genre Musik Slowrock Malaysia

Selera musik generasi 90-an, diwarnai dengan penetrasi dari lagu-lagu negeri jiran, Malaysia. Ada yang masih mengingat lagu Isabella dari grup musik Search? Atau Grup musik Iklim dengan lagu Suci dalam Debu? Atau May dengan lagu "Sendiri"?

Duo grup musik itu, bisa dianggap sebagai lokomatif banjirnya lagu-lagu Malaysia di pasaran musik tanah air. Warna aransemen dan lirik lagu pop Indonesia pun, perlahan dan pasti mengikuti selera pasar saat itu. Salah satunya, Deddy Dores. Pencipta sekaligus penyanyi dengan genre ini.

Perkawinan selera pasar itu, kemudian berlanjut dengan kolaborasi antar pemusik dan penyanyi kedua Negara. Katakanlah almarhumah Nike Ardilla hingga Inka Christie. Bahkan Thomas Arya dan Sultan yang asli Indonesia dianggap warga Negara Malaysia.

STak hanya grup musik. Penyanyi solo dari negeri Jiran juga memiliki pencintanya di tanah air. Sebut saja Ella dengan lagu "sembilu", Ziana Zain dengan lagu "Putus Terpaksa". Penyanyi lagu "Cindai" Siti Nurhaliza, hingga sekarang masih eksis. Terakhir berkolaborasi dengan Judika.

Kolaborasi musisi duo Negara yang bertetangga ini, juga difasilitasi melalui kerjasama dua kedutaan besar kedua Negara. Adalah acara "Titian Muhibah" yang ditayangkan TVRI satu bulan sekali. Yang menampilkan Musisi antar kedua Negara. Itu, dulu!

Ilustrasi Partitur dan Piano (Sumber gambar : pixabay.com)
Ilustrasi Partitur dan Piano (Sumber gambar : pixabay.com)
Boomingnya Lagu Nasyid

Namun, tak hanya music slowrock. Pada akhir 90-an juga ditandai dengan hadirnya genre musik Nasyid. Yang awalnya dikenal sebagai musik islami. Lagu yang lebih bermuatan pesan pada Iman, takwa, adab hingga akhlak dalam ajaran islam.

Grup Nasyid Raihan dengan lagu "Peristiwa Subuh atau Ramadan", Brothers dengan lagu "Man Ana", hingga semisal Ar Royyan dengan lagu "Marhaban ya Ramadan". Termasuk pada deretan music islami yang banyak penggemarnya di tanah air.

Di Indonesia? Grup Missile dan Rabbani bisa menjadi salah satu contoh. Kemudian seri album Cinta Rasul dari duet Hadad Alwi-Sulis juga mewarnai musik tanah air. Khususnya di saat Ramadan.

Pengaruhnya? Awal tahun 2000, banyak grup music Nasyid lahir dan hadir di blantika music Indonesia.  Tak musik akustik dengan menggunakan alat, juga ada lagu tanpa alat musik, biasa disebut Acapela. Seingatku, Manajemen Qalbu Record, milik Aa Gym menjadi salah satu wadah menjembatani produksi lagu-lagu nasyid di tanah air.

Hingga salah satu Televsi Swasta, kemudian membuat acara Kompetisi Nasyid di bulan Ramadan. Mengiringi kompetisi Mubaligh. Pildacil dan Hafidz Qur'an. Ajang pencarian talenta itu, mewarnai acara televise di bulan Ramadan.

Ilustrasi mixer salah satu teknologi industri musik (sumber gambar: pixabay.com)
Ilustrasi mixer salah satu teknologi industri musik (sumber gambar: pixabay.com)
Eksistensi Grup Band dan "Jeratan" Pasar Lagu Religi.

Bagi penikmat music tanah air. Awal tahun 2000 adalah syurganya grup band Indonesia. Tak hanya jumlah dan kaya varian warna music. Namun keberadaan mereka mampu "menggerus" keberadaan music negeri Jiran. Sebaliknya, malah gantian melakukan penetrasi ke Malaysia.

Katakanlah Grup Dewa dengan vokalis baru Once menggantikan Ari Lasso, Kla Project, Gigi, Peterpan yang kemudian beralih nama menjadi Noah. Ada Band, Ungu, Kangen Band, Naff, Tic Band serta Radja. Hingga lima anak muda asal Ciputat yang bernaung di grup Wali.

Grup-grup musik di atas merajai panggung musik tanah air. Tak banyak penyanyi solo yang bertahan saat itu. Iwan Fals, Ari Lasso, dan Baby Romeo adalah sedikit nama yang menyelinap di antara kepungan grup band di Indonesia.

Sekali lagi, Ramadan tak hanya membawa perubahan pada sikap dan perilaku, untuk meningkatkan Iman dan Takwa. Selain ikut meningkatkan harga sembako di pasaran, juga meningkatkan kreatifitas Grup Band melirik selera pasar.

Band Ungu dengan vokalis Pasha merilis album pendek religi khusus Ramadan. Noah mengubah music lagu "sajadah panjang" milik Bimbo,dan Gigi dengan lagu "perdamaian", menjadi contoh "jeratan" Pasar lagu religi berlaku bagi musik tanah air.

Opick dan Wafiq Azizah, adalah sedikit dari penyanyi solo yang Booming di era ini. istimewanya, mereka berdua memang mengkhususkan diri  pada lagu-lagu religi. Bukan "takluk" oleh selera pasar music tanah air.

Apa Kabar Musik Religi Hari Ini?

Sesudah era yang kutulis di atas. Musik Indonesia hari ini, nyaris tertidur jika parah dikatakan tiarap. Grup-grup musik yang membanjir dan hadir di awal millenium, sekarang tertatih hanya untuk sekedar mempertahankan eksistensi. Apalagi lagu-lagu bergenre Religi.

Terlepas dai kusut masai urusan hak cipta, sepinya industri musik juga ditandai dengan beralihnya selera masyarakat. Maraknya Musik Koplo dan tren mengolah ulang Lagu Lawas sedang booming di ranah music hari ini. Lihat saja lagu-lagu di aplikasi Tik Tok! Uhuuy...

Sekali lagi, musik memang urusan selera. Eksistensi lagu religi pun, bisa jadi memang ditentukan oleh selera pasar. Jejangan, kenangan juga erat kaitannya dengan selera? Aih!

Aku pun memiliki dua lagu khusus di saat Ramadan. Kebetulan, dua lagu ini kukira cocok dinikmati di awal dan di akhir Ramadan.

Pertama. Marhaban Ya Ramadan (Ar-Royyan)

Lagu ini berkisah tentang kerinduan pada bulan Ramadan. Kutulis lirik pertamanya, ya?

Rindu aku menanti untuk bertemu Ramadan lagi

Ingin aku berharap setiap hari Ramadan lagi

Bulan yang suci

penuh berkah rahmat ampunan Ilahi.


Kedua. Air Mata Syawal dari Siti Nurhaliza.

Silakan simak lagu dengan suara khas penyanyi jiran ini. berkisah tentang seorang anak di tanah rantau, yang tak bisa pulang merayakan lebaran bersama orangtua tercinta. Di bawah ini, aku salin sedikit liriknya. Hiks...

Sayu, hati ini makin sayu

Rindu terkenangkan desa permai

Wajah ayah bunda bermain di mata

Mengajakku pulang ke desa di hari bahagia

Hari raya


Curup, 22.04.2021

Zaldy chan

{Ditulis Untuk Kompasiana}

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Kurma Selengkapnya
Lihat Kurma Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun