"Numpang tanyo, weh! Apo kenangan maso kecik di bulan puaso, yang idak bisa dilupo?"
Usai berbuka tadi, satu pertanyaan itu, aku lemparkan ke grup WAÂ alumni saat aku SMP. Karena grup itu, yang berpeluang memberikan jawaban, untuk menulis tema samber hari ke-6 ini. Ahaaay...
Aku punya kenangan tentang main meriam bambu yang berbahan ledak karbit. Sebagai anak sekolah, aku pasti diharuskan memiliki Buku Ramadan dan berburu tanda tangan. Sebagai anak lelaki, juga tak ada keseruan jika tak ikut Patrol saat sahur.
Gawatnya, tiga hal itu mendominasi jawaban di grup. Dan kubaca dari judul-judul, artikel tentang itu sudah ditulis teman-teman Kompasianers. Risiko orang yang telatan, kan? HIks...
Sebenarnya, ada satu lagi. Yaitu asmara subuh! Kegiatan ini, biasa dilakukan para remaja kasmaran, yang menikmati jalan pagi berdampingan, setelah waktu subuh. Tapi, saat itu, aku bukan pelakunya! Wong masih kecil, kan?
Selain itu, sebagian kenangan masa kecil, sudah aku tulis pada samber hari ke-3 dengan tema Khas Ramadan yang dirindukan. Dengan artikel berjudul :Cerita Semarak Ramadan di Masa Kecilku dan Sebelum Pandemi
Akhirnya, aku memilih menulis 2 fenomena alam yang hanya ada selama bulan ramadan. Dan, seingatku, sudah belasan tahun, tak lagi terjadi di kota Curup.
Kenapa fenomena alam? Karena hal ini bisa jadi karena perubahan lingkungan di sekitar daerahku, sehingga 2 hal ini, tak lagi ada. Dan, erat kitannya dengan keberadaan pohon beringin di kampungku.
Biar tak penasaran, aku tulis, ya?
Di masa kecilku, jika cuaca cerah dan bingung tak ada kegiatan lain. Duduk manis sambil memandang langit senja kota Curup, sambil menanti sirene berbuka puasa juga mengasyikkan. Karena bisa menyaksikan migrasi kalong raksasa yang terbang berbentuk koloni.