Mohon tunggu...
zaldy chan
zaldy chan Mohon Tunggu... Administrasi - ASN (Apapun Sing penting Nulis)

cintaku tersisa sedikit. tapi cukup untuk seumur hidupmu

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

Puisi: Di Tepi Trotoar

17 April 2021   23:40 Diperbarui: 18 April 2021   05:18 265
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi pedagang sayur (sumber gambar: pixabay.com)

Sejak kemarin, senyum tak lagi berhenti di tepi trotoar. Ia telah bersembunyi di bilik resah yang terbakar. Bulir-bulir sisa hujan berpadu melewati lorong-lorong waktu. Terlalu lelah membujuk benih-benih harap yang terlanjur membeku.

Tuhan. Haruskah tujuh hari dalam satu minggu?

Roda-roda kendaraan menghimpit jalanan beraspal. Memacu waktu di antara tarian hujan yang janggal. Dingin betah menyapa seraut wajah lesu. Mengeja sepotong hari yang melaju. Berlalu dalam tunggu.

Hujan tak pernah memilih jatuh!

Sepi berbisik lirih. Dari kejauhan, aku menatap seraut wajah yang letih. Meratap lalu lalang kendaraan yang tak kunjung diam. Menata jeruji nyeri yang menghunjam, meniti relung hati terdalam.

"Kita beli sayur dan buah lagi, Yah?"

Akh! Kau pun belum cukup mengerti tentang makna menunggu, Nak!

Curup, 17.04.2021
zaldy chan

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun