Di pasar.
Sejak pagi, suara-suara bertengkar. Tentang genangan dangkal menghiasi lorong tanpa aspal. Tentang timbangan irisan daging dan ikan yang tak lagi seimbang. Dan, tentang ukuran bulir cabai mengkerut, tapi nilai tak pernah mengerucut.
Televisi bercerita dari ruang tamu. Tiga hari lalu.
Di tepi jalan.
Tumpukan sayur dan tomat terlihat layu dan malu-malu. Mengikuti tatap mata penunggu yang sayu dan kuyu. Letih berkicau tentang keluh yang menumpuk. Memilih lupa kisah panjang benih dan pupuk.
Cerita televisi begitu. Dua hari lalu. Di ruang tamu.
Di meja makan.
Suara-suara lesap di udara. Tak ada lengking nyaring untuk sepotong daging. Tak ada denting suara sendok dan piring. Kecap, tempe dan tahu menunggu ragu. Menatap empat pasang mata yang meratap gagu.
Tak lagi ada cerita televisi. Sejak kemarin, Ia menghilang dari ruang tamu.
"Makanlah, Nak! Ini dari luar negeri!"
Sayup kudengar suara lembut ibu. Sebelum giliranku.
Kriuuuk!
Curup, 10.04.2021
Zaldy Chan
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI