Angin bercerita:
Nyala api tak lagi membakar ranting dan kayu, tapi batu. Ia bersembunyi dalam kepala-kepala yang membeku. Di depan pintu, kau dan aku menunggu. Termangu.
Angin menanam cerita.
Usai mata haru meratap wajah langit-langit. Ia membujuk butir-butir debu meredam rasa sakit. Di ruang tamu, kau dan aku tenggelam. Dalam diam yang lebam.
Angin menyimpan cerita.
Memaksa langkah ragu menjejak lantai yang muram. Menghindar dari genangan sisa-sisa hujan semalam. Di dapur, kau dan aku meracik kabar. Menunda lapar.
Ada sebuah berita.
Angin tiba-tiba menghilang. Menurut cerita, Ia kabur lewat pintu belakang. Di kamar tidur, kau termangu. Dan, aku menunggu air mata memadamkan batu.
Curup, 30.03.2021
zaldy chan