Mohon tunggu...
zaldy chan
zaldy chan Mohon Tunggu... Administrasi - ASN (Apapun Sing penting Nulis)

cintaku tersisa sedikit. tapi cukup untuk seumur hidupmu

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

Menunggu Air Mata Memadamkan Batu

30 Maret 2021   19:43 Diperbarui: 30 Maret 2021   19:46 132
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi Kamar Tidur (sumber gambar: pixabay.com)

Angin bercerita:
Nyala api tak lagi membakar ranting dan kayu, tapi batu. Ia bersembunyi dalam kepala-kepala yang membeku. Di depan pintu, kau dan aku menunggu. Termangu.

Angin menanam cerita.
Usai mata haru meratap wajah langit-langit. Ia membujuk butir-butir debu meredam rasa sakit. Di ruang tamu, kau dan aku tenggelam. Dalam diam yang lebam.

Angin menyimpan cerita.
Memaksa langkah ragu menjejak lantai yang muram. Menghindar dari genangan sisa-sisa hujan semalam. Di dapur, kau dan aku meracik kabar. Menunda lapar.

Ada sebuah berita.
Angin tiba-tiba menghilang. Menurut cerita, Ia kabur lewat pintu belakang. Di kamar tidur, kau termangu. Dan, aku menunggu air mata memadamkan batu.

Curup, 30.03.2021
zaldy chan

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun